Status Giz

Pengertian Status Gizi
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, merupakan indek yang statis dan agregatif sifatnya kurang peka untuk melihat terjadinya perubahan dalam waktu pendek misalnya bulanan (Supariasa dkk,2001).
Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik pertumbuhan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat lebih esensial (Almatsier, 2002).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
a. Program pemberian makanan tambahan
Merupakan program untuk menambah nutrisi pada balita yang mana pemberian makanan tambahan ini biasanya diperoleh saat mengikuti posyandu. Adapun pemberian makanan tambahan tersebut berupa Makanan Pengganti ASI yang biasanya didapat dari puskesmas setempat.
b. Tingkat pendapatan keluarga
Di negara seperti Indonesia yang jumlah pendapatan penduduk sebagian besar adalah golongan rendah dan menengah akan berdampak kepada pemenuhan bahan makanan terutama bahan makanan yang bergizi. Keterbatasan ekonomi yang berarti ketidakmampuan daya beli keluarga yang berarti tidak mampu membeli bahan makanan yang berkualitas baik, maka pemenuhan gizi pada balitanya juga akan terganggu. (Budianto, 2001)
c. Pemeliharaan kesehatan
Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion behavior). Misalnya makan-makanan yang bergizi, olah raga dan sebagainya termasuk juga perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior) yang merupakan respons untuk melakukan pencegahan penyakit.
d. Pola asuh keluarga
Pola asuh adalah pola pendidikan yang diberikan orang tua pada anak-anaknya. Setiap anak membutuhkan cinta, perhatian dan kasih sayang yang akan berdampak terhadap perkembangan fisik, mental dan emosionalnya. Kasih sayang dari kedua orang tuanya ini merupakan fondasi kehidupan bagi si anak dan menjadi modal utama rasa aman, terlebih ketika dia mengeksplor dunianya.


Klasifikasi Status Gizi
Menurut Sediaoetama (1999) status gizi dapat dibedakan menjadi 4, yaitu :
a. Gizi Lebih
Gizi lebih biasanya bersangkutan dengan kelebihan energi didalam hidangan yang dikonsumsi relatif terhadap kebutuhan atau penggunaannya (energi expenditure). Ada tiga zat makanan penghasil energi utama, ialah karbohidrat, lemak dan protein. Kelebihan energi didalam tubuh, diubah menjadi lemak dan ditimbun pada tempat-tempat tertentu (Sediaoetama, 1999).
Peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat tertentu, terutama di perkotaan menyebabkan perubahan dalam gaya hidup, terutama dalam pola makan. Perubahan pola makanan ini dipercepat oleh makin kuatnya arus budaya makanan asing yang disebabakan oleh kemajuan teknologi informasi dan globalisasi ekonomi. Di samping itu perbaikan ekonomi menyebabkan berkurangnya aktifitas fisik masyarakat tertentu. Perubahan pola makan dan aktifitas fisik ini berakibat semakin banyaknya penduduk golongan tertentu mengalami masalah gizi lebih berupa kegemukan dan obesitas. Makanan berlebihan dikaitkan pula dengan tekanan hidup atau stress (Almatsier, 2001).

b. Gizi Baik
Gizi baik adalah kesehatan gizi yang sesuai dengan tingkat konsumsi yang menyebabkan tercapainya kesehatan tersebut. Tingkat kesehatan gizi terbaik ialah kesehatan gizi optimum (eunutritional state). Dalam kondisi ini tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya kerja dan efisiensi yang sebaik-baiknya. Tubuh juga mempunyai daya tahan yang setinggi-tingginya. (Sediaoetama, 1999). Gizi baik akan dapat dicapai dengan memberi makanan yang seimbang bagi tubuh menurut kebutuhan (Budiyanto, 2001).

c. Gizi Kurang
Gizi kurang menggambarkan ketidakseimbangan (kekurangan) makanan yang dimakan dengan kebutuhan tubuh manusia. (Budiyanto, 2001). Gejala subyektif yang terutama diderita ialah perasaan lapar. (Sediaoetama,1999). Gizi kurang pada anak sehingga anak menjadi kurus dan pertumbuhannya terhambat, terjadi karena kurang zat sumber tenaga dan kurang protein (zat pembangun) diperoleh dari makanan anak. Tenaga dan zat pembangun diperlukan anak dalam membangun badannya yang tumbuh pesat. (Sajogyo, 1994)
Anak-anak yang menderita gizi kurang berpenampilan lebih pendek dengan bobot badan lebih rendah dibandingkan anak-anak sebayanya yang sehat dan bergizi baik. Laju pertambahan bobot akan lebih banyak terpengaruh pada kondisi kurang gizi dibandingkan tinggi badan. Oleh karena itu, penurunan bobot badan ini yang paling sering digunakan untuk menapis anak-anak yang mengalami gizi kurang (Khomsan Ali, 2003).

Akibat Gizi Kurang Pada Proses Tubuh
Akibat kurang gizi pada proses tubuh bergantung pada zat-zat gizi apa yang kurang. Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan gangguan-gangguan pada proses-proses :

a) Pertumbuhan
Anak-anak tidak tumbuh menurut potensialnya. Protein digunakan sebagai zat pembakar, sehingga otot-otot menjadi lembek dan rambut mudah rontok. Anak-anak yang berasal dari tingkat sosial ekonomi menengah keatas rata-rata lebih tinggi daripada yang berasal dari keadaan sosial ekonomi rendah ( Almatsier, 2001 ).

b) Produksi Tenaga
Kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabkan seorang kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja dan melakukan aktifitas. Orang menjadi malas, merasa lemah dan produktivitas kerja menurun (Almatsier, 2001).

c) Pertahanan Tubuh
Daya tahan terhadap tekanan atau stress menurun. Sistem imunitas dan antibodi berkurang, sehingga orang mudah terserang infeksi seperti pilek, batuk dan diare. Pada anak-anak hal ini dapat membawa kematian (Almatsier, 2001).

d) Struktur dan Fungsi Otak
Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental, dengan demikian kemampun berpikir. Otak mencapai bentuk maksimal pada usia dua tahun. Kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanent. ( Almatsier, 2001)

e) Perilaku
Baik anak-anak maupun orang dewasa yang kurang gizi menunjukkan perilaku tidak tenang. Mereka mudah tersinggung, cengeng dan apatis. Dari keterangan diatas tampak, bahwa gizi yang baik merupakan modal bagi pengembangan sumber daya manusia. (Almatsier, 2001)

Next Post Previous Post