Kunci Sukses ASI Eksklusif
Kemauan kuat untuk memberikan ASI harus dibarengi dengan proses yang benar. Niscaya, keberhasilan menyusui secara eksklusif dapat tercapai.
Nah, 10 kunci sukses ASI eksklusif dipaparkan berikut ini oleh dr. Utami Roesli, Sp.A, IBCLC. Beliau adalah Konsultan Laktasi dari Lembaga Peningkatan Penggunaan ASI RS St. Carolus, Jakarta. Setelah mengetahui kesepuluh kunci sukses menyusui ini, diharapkan ibu bisa memberikan ASI secara eksklusif kepada si buah hati hingga usianya 6 bulan.
POSISI TEPAT
Posisi ibu dan bayi yang benar penting sekali untuk keberhasilan menyusui. Kesalahan dalam posisi bisa menyebabkan puting lecet, karena bayi bukannya mengisap areola mammae (daerah gelap sekitar puting), tapi hanya bagian puting saja. Tak heran bila puting jadi mudah lecet.
Lecet bisa juga disebabkan kesalahan teknik melepaskan puting dari mulut bayi usai menyusu. Yang sering terjadi, ibu melepas puting dari mulut bayi dengan cara menariknya. Jika mulut bayi masih kuat mengatup di puting ibu, tarikan itu bisa membuat puting jadi lecet. Harusnya ibu melepaskan puting dari mulut bayi dengan cara memasukkan jari kelingking ke mulut bayi melalui sudut mulut atau menekan dagu bayi ke bawah.
Jika puting sedang lecet, disarankan istirahat dulu dari kegiatan menyusui selama 24 jam. Susui bayi dengan payudara sebelahnya yang sehat. Kalau ternyata ASI dari payudara yang lecet itu sudah penuh, sebaiknya keluarkan dengan cara dipompa. ASI hasil pompa ini dapat diminumkan ke bayi dengan cara disendoki.
Salah posisi saat menyusui juga bisa menyebabkan peradangan pada payudara karena bayi hanya mengisap udara sehingga ASI tidak keluar. Sementara, untuk mencegah punggung yang pegal akibat posisi selama menyusui, disarankan agar mengganjal punggung dengan bantal. Begitu juga tangan yang menyangga si kecil.
TIDAK MEMBUANG KOLOSTRUM
Adanya mitos bahwa ASI hari pertama harus dibuang, membuat bayi hilang kesempatan memperoleh kolostrum. Padahal, ASI yang keluar pada hari pertama sampai hari ke-5 atau ke-7 mengandung zat putih telur (protein) yang kadarnya tinggi, terutama kandungan zat anti infeksi yang merupakan sumber daya tahan tubuh (imunoglobulin). Sedangkan kadar laktosa (hidrat arang) dan lemaknya rendah sehingga mudah dicerna. Yang terjadi, bila kolostrum atau susu jolong berwarna jernih kekuningan ini dibuang, bayi tak akan mendapatkan zat-zat yang melindunginya dari infeksi.
Lagi pula, jika bayi diberi kesempatan menyusu sejak awal, dijamin ia akan “pintar” mengisap puting. Tahukah Anda, refleks mengisap bayi yang paling kuat, justru terjadi pada jam-jam pertama setelah dilahirkan. Maka yang terbaik adalah segera setelah jalan napas bayi dibersihkan dan ditentukan nilai APGAR-nya, bayi harus segera diberikan kepada ibu untuk disusui.
MEMBERI MAKANAN PENDAMPING TEPAT WAKTU
Bayi yang diberi minuman dan makanan lain selain ASI pada masa eksklusif akhirnya akan malas menyusu. Korelasinya, bila bayi jadi jarang menyusu karena sudah kekenyangan terlebih dulu, akibatnya rangsangan pada payudara ibu berkurang. Selanjutnya, malah mengurangi produksi ASI.
Jangan khawatir bayi akan kelaparan atau kurus jika hanya minum ASI selama 6 bulan. Bayi yang mendapatkan ASI dengan benar umumnya malah lebih besar dibandingkan dengan yang mendapatkan susu formula atau PASI, terutama pada 6 bulan pertama. Jadi, teruskan pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan.
TIDAK TERPAKU PADA JADWAL
Ibu mungkin punya patokan yang dibuat sendiri tentang waktu menyusui. Ada yang bilang setiap 2 jam, ada pula yang mengatakan setiap 3 jam. Padahal, menurut Utami, yang terbaik adalah memberikan ASI sesuai kebutuhan yang disebut dengan istilah on demand. Ingat, prinsip ASI adalah semakin sering dikonsumsi, semakin bagus produksinya. Anak tak bakal kekurangan makanan terbaik ini.