Pengetahuan Keluarga tentang Depresi pada Lansia di Desa
KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG DEPRESI PADA LANSIA DI DESA
BAB I
PENDAHULUAN
PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG DEPRESI PADA LANSIA DI DESA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Depresi merupakan suatu gangguan keadaan tonus perasaan yang secara umum ditandai oleh rasa kesedihan, apatis, pesimisme, dan kesepian yang mengganggu aktivitas sosial dalam sehari-hari. Depresi biasanya terjadi pada saat stress yang dialami oleh seseorang tidak kunjung reda, sebagian besar diantara kita pernah merasa sedih atau jengkel, kehidupan yang penuh masalah, kekecewaan, kehilangan dan frustasi yang dengan mudah menimbulkan ketidakbahagiaan dan keputusasaan. Namun secara umum perasaan demikian itu cukup normal dan merupakan reaksi sehat yang berlangsung cukup singkat dan mudah dihalau (Gred Wilkinson, 1995).
Depresi dan Lanjut Usia sebagai tahap akhir siklus perkembangan manusia. Masa dimana semua orang berharap akan menjalani hidup dengan tenang, damai, serta menikmati masa pensiun bersama anak dan cucu tercinta dengan penuh kasih sayang. Pada kenyataanya tidak semua lanjut usia mendapatkannya. Berbagai persoalan hidup yang menimpa lanjut usia sepanjang hayatnya seperti : kemiskinan, kegagalan yang beruntun, stress yang berkepanjangan, ataupun konflik dengan keluarga atau anak, atau kondisi lain seperti tidak memiliki keturunan yang bisa merawatnya dan lain sebagainya. Kondisi-kondisi hidup seperti ini dapat memicu terjadinya depresi. Tidak adanya media bagi lanjut usia untuk mencurahkan segala perasaan dan kegundahannya merupakan kondisi yang akan mempertahankan depresinya, karena dia akan terus menekan segala bentuk perasaan negatifnya ke alam bawah sadar (Rice philip I, 1994).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat depresi adalah gangguan mental yang umum terjadi di antara populasi. Diperkirakan 121 juta manusia di muka bumi ini menderita depresi. Dari jumlah itu 5,8 persen laki-laki dan 9,5 persen perempuan, dan hanya sekitar 30 persen penderita depresi yang benar-benar mendapatkan pengobatan yang cukup, sekalipun telah tersedia teknologi pengobatan depresi yang efektif. Ironisnya, mereka yang menderita depresi berada dalam usia produktif, yakni cenderung terjadi pada usia kurang dari 45 tahun. Tidaklah mengherankan, bila diperkirakan 60 persen dari seluruh kejadian bunuh diri terkait dengan depresi (Ahmad Djojosugito, 2002).
Depresi dialami oleh 80 persen mereka yang berupaya atau melakukan bunuh diri pada penduduk yang didiagnosis mengalami gangguan jiwa. Bunuh diri adalah suatu pilihan untuk mengakhiri ketidakberdayaan, keputusasaan dan kemarahan diri akibat gangguan mood. Angka bunuh diri meningkat tiga kali lipat pada populasi remaja (usia 15 sampai 24) karena terdapat peningkatan insiden depresi pada populasi ini. Pria yang berusia lebih dari 64 tahun memiliki angka bunuh diri 38/100.000 dibandingkan dengan angka 17/100.000 untuk semua pria di Amerika Serikat (Roy, 2000).
Menurut sebuah penelitian di Amerika, hampir 10 juta orang Amerika menderita Depresi dari semua kelompok usia, kelas sosial ekonomi, ras dan budaya. Angka depresi meningkat secara drastis diantara lansia yang berada di institusi, dengan sekitar 50 persen sampai 75 persen penghuni perawatan jangka panjang memiliki gejala depresi ringan sampai sedang. Dari jumlah itu, angka yang signifikan dari orang dewasa yang tidak terganggu secara kognitif (10 sampai 20 persen) mengalami gejala-gejala yang cukup parah untuk memenuhi kriteria diagnostik depresi klinis. Oleh karena itu, depresi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang disignifikan merupakan gangguan psikiatri yang paling banyak terjadi pada lansia, tetapi untungnya dapat diobati dan kembali sehat (Hermana, 2006).
Selain itu prevalensi depresi pada lansia di dunia berkisar 8-15 persen dan hasil meta analisis dari laporan-laporan negara di dunia mendapatkan prevalensi rata-rata depresi pada lansia adalah 13,5 persen dengan perbandingan wanita-pria 14,1 : 8,6. Adapun prevalensi depresi pada lansia yang menjalani perawatan di RS dan panti perawatan sebesar 30-45 persen. Perempuan lebih banyak menderita depresi (Chaplin dan Prabova Royanti, 1998).
Depresi pada lansia seringkali lambat terdeteksi karena gambaran klinisnya tidak khas. Depresi pada lansia lebih banyak tampil dalam keluhan somatis, seperti: kelelahan kronis, gangguan tidur, penurunan berat badan dan sebagainya. Depresi pada lansia juga tampil dalam bentuk pikiran agitatif, ansietas, atau penurunan fungsi kognitif. Sejumlah faktor pencetus depresi pada lansia, antara lain faktor biologik, psikologik, stress kronis, penggunaan obat. Faktor biologik misalnya faktor genetik, perubahan struktural otak, faktor resiko vaskuler, kelemahan fisik, sedangkan faktor psikologik pencetus depresi pada lansia, yaitu tipe kepribadian, relasi, interpersonal (Frank J. Bruno, 1997).
Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan di Desa ........ ..... Terdapat 80 KK yang mempunyai lansia yang tinggal bersama mereka.
Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Gambaran Pengetahuan Keluarga tentang Depresi pada Lansia di Desa ........ ..... Kecamatan .........Tahun 2009”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : ”Bagaimanakah Pengetahuan Keluarga tentang Depresi pada Lansia di Desa ........ ..... Kecamatan .........Tahun 2009?”.
C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Keluarga tentang Depresi pada Lansia di Desa ........ ..... Kecamatan .........Tahun 2009.
C.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan keluarga tentang depresi pada lansia di Desa ........ ..... Kecamatan .........Tahun 2009 berdasarkan umur.
2. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan keluarga tentang depresi pada lansia di Desa ........ ..... Kecamatan .........Tahun 2009 berdasarkan pendidikan.
3. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan keluarga tentang depresi pada lansia di Desa ........ ..... Kecamatan .........Tahun 2009 berdasarkan pekerjaan.
4. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan keluarga tentang depresi pada lansia di Desa ........ ..... Kecamatan .........tahun 2009 berdasarkan informasi.
D. Manfaat Penelitian
D.1. Bagi Peneliti
Sebagai penambah wawasan dan pengalaman bagi peneliti dalam mengaplikasikan mata kuliah riset keperawatan.
D.2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai penambah informasi untuk mahasiswa jurusan Keperawatan/Kebidanan dalam melakukan penelitian terutama yang berkaitan dengan Depresi pada Lansia.
D.3. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan bagi keluarga untuk menambah pengetahuan keluarga tentang depresi pada lansia dan sebagai informasi bagi keluarganya tentang gambaran pengetahuan terhadap depresi pada lansia.
PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG DEPRESI PADA LANSIA DI DESA
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)
KLIK DIBAWAH