Jakarta (ANTARA News) - Sebagian masyarakat mungkin baru sadar akan kesehatan gigi dan gusinya setelah merasakan sakit pada salah satu organ pencernaan tersebut.
Walaupun tersembunyi di balik mulut, gigi bisa rusak jika pemiliknya tidak pernah memperhatikan dan merawatnya.
Penyakit gigi dan mulut penduduk Indonesia ternyata mencatat angka yang cukup tinggi yang menunjukkan rendahnya kualitas kesehatan gigi di masyarakat. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007 dari Departemen Kesehatan RI menunjukkan sebanyak 89% anak-anak di bawah usia 12 tahun mengalami karies atau gigi berlubang. Selain itu 43,4% masyarakat Indonesia berusia 12 tahun ke atas mempunyai karies aktif (karies yang belum tertangani) dan 67,2% memiliki pengalaman karies. Indeks DMFT (Decay, Missing, Filled Teeth) penduduk Indonesia adalah sebesar 4,85. Padahal penyakit gigi dan mulut dapat dicegah dengan cara yang mudah dan murah antara lain dengan menyikat gigi dan memeriksakan gigi secara teratur. Tingginya angka penyakit gigi dan mulut masyarakat menggugah Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI) bekerja sama dengan PT Unilever untuk mengadakan Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) yang dilaksanakan pada 12 September 2011 hingga 29 oktober 2011 di 14 Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) dan 6 cabang PDGI di berbagai kota di Indonesia. Saat ini agenda BKGN sedang berlangsung di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dokter Moestopo (Beragama) Jl. Bintaro Permai Raya no.3, Jakarta Selatan. "Kesehatan gigi sering diabaikan masyarakat Indonesia hal itu tampak dalam sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa sekitar 72 persen penduduk Indonesia mempunyai gigi berlubang," kata Ketua Panitia BKGN Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Dr. Moestopo (Beragama) Dr. Paulus januar, drg, MS di Jakarta, Jumat. Hasil RISKESDAS 2007 yang dikeluarkan Departemen Kesehatan RI pada Desember 2008 menunjukkan, manifesitasi kerusakan gigi karena karies (gigi berlubang) dialami 72,1% penduduk Indonesia. Sebanyak 46,5% dari angka tersebut merupakan karies aktif yang tidak mendapatkan perawatan. Kemudian yang memprihatikan, ternyata karies gigi terdapat pada 89% anak-anak usia 12 tahun kebawah. Kenyataan tersebut secara langsung maupun tak langsung merupakan akibat kesehatan gigi selama ini tidak mendapat prioritas yang memadai baik pada program pemerintah maupun di kalangan masyarakat, kata Paulus. "Kegiatan bakti sosial dalam rangka Bulan Kesehatan gigi Nasional diharapkan dapat menggungah semua pihak mengenai pentingnya kesehatan gigi yang selama ini terabaikan," Paulus menambahkan. Untuk itu dokter gigi Paulus Januar menyarankan masyarakat untuk rutin merawat kesehatan gigi.
"Caranya mudah. Pertama, masyarakat harus rutin menyikat gigi dengan benar dua kali sehari, setiap pagi dan malam sebelum tidur". Cara menyikat gigi yang sedang direkomendasikan oleh para dokter gigi adalah dengan metode Bass, kata Paulus. Teknik ini dinilai cukup efektif dalam membersihkan plak gigi. Untuk mengawali menyikat gigi dengan metode Bass, pertama, pegang sikat gigi secara horisontal dan letakkan kepala sikat gigi pada permukaan gigi, lebih tepatnya di tepi gusi (batas gigi dengan gusi), karena disinilah banyak plak menumpuk.
Kemudian, miringkan kepala sikat gigi kira-kira 45 derajat menghadap permukaan gigi. Tujuannya agar bulu sikat dapat masuk ke celah antara gigi dengan gusi yang disebut saku gusi, dan membersihkan plak yang ada di dalamnya.
Setelah itu, gerakkan sikat secara horisontal dengan jarak yang sangat pendek atau kecil seperti suatu getaran dan dengan tekanan yang lembut. Sikatlah gigi dengan gerakan sebanyak 10-20 kali gosokan baru berpindah ke gigi-gigi di sebelahnya. Selain cara yang benar dalam menyikat gigi, sejak dini masyarakat harus melakukan pemeriksaan gigi rutin minimal selama enam bulan sekali untuk mendeteksi kerusakan gigi sekaligus mengetahui apakah cara sikat giginya sudah benar atau belum, kata Paulus. Kedua cara tersebut merupakan langkah kecil preventif agar kerusakan gigi bisa dicegah sejak dini. Pesan inilah yang disampaikan dalam BKGN 2011 yang utamanya diarahkan kepada anak dan orang tua dengan harapan bahwa kedepannya mereka sadar akan pentingnya mengunjungi dokter gigi secara rutin serta mengetahui cara dan waktu tepat menyikat gigi. Kegiatan BKGN di Universitas Dr. Moestopo (Beragama) tersebut melibatkan sekitar 83 orang dokter gigi dan 225 mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Gigi Dr. Moestopo (Beragama).
Pada bakti sosial FKG UPDM(B) kali ini kegiatan yang dilaksanakan meliputi penyuluhan kesehatan gigi serta kegiatan menyikat gigi bersama, pemeriksaan gigi, dan perawatan gigi berupa pembersihan karang gigi, penambalan gigi, pencabutan gigi, perawatan gigi anak-anak, di samping itu dilakukan pula rujukan untuk perawatan lebih lanjut yang dibutuhkan. Sekitar 2.500 orang sudah terdaftar akan mengikuti kegiatan bakti sosial ini. "Kami memasang target 2500 pasien selama tiga hari pelaksanaan. Hari pertama (29/9) ada sekitar 750 pasien yang datang ke sini," kata Paulus. Sebagian masyarakat cenderung takut untuk memeriksakan giginya ke dokter gigi. Menanggapi hal tersebut, Paulus mengatakan perkembangan ilmu kedokteran gigi sudah canggih yang memungkinkan rasa sakit bisa dikurangi dan perawatan gigi yang lebih tepat. Selain itu, dunia kedokteran gigi juga mengadopsi metode pendekatan psikologis untuk mengurangi rasa takut yang berlebihan. Dalam metode tersebut, pasien diperkenalkan alat-alat yang digunakan dalam perawatan gigi beserta fungsinya. "Jadi pelan-pelan kita kenalkan alat-alat tersebut untuk mengurangi rasa takut," tambah Paulus. Hal senada juga diungkapkan oleh Prof. Dr. H. Eky S. Soeria Soemantri drg., Sp. Ortho. "Masyarakat masih enggan untuk memeriksakan kesehatan giginya secara teratur ke dokter gigi karena rasa takut, sakit yang tidak tertahan dan biaya yang mahal.
Fakultas Kedokteran Gigi mempunyai fasilitas Rumah Sakit Gigi dan Mulut yang baik dan tenaga ahli di bidang kesehatan gigi dengan biaya yang terjangkau bagi masyarakat." kata Eky. Setelah dilaksanakan di FKG UDM(B) Kampanye kesehatan gigi ini selanjutnya dijadwalkan akan berlangsung di FKG Universitas Sumatera Utara - Medan pada 3-5 Oktober 2011. Jika gigi rusak, maka sulit bagi kita untuk memperbaiki dan mengembalikan kondisinya seperti semula. Sebelum terlambat, cermati cara merawat gigi dan gusi kita. Untuk mengetahui bagaimana cara merawat gigi yang benar dan pemeriksaan gigi gratis, masyarakat bisa ikut berpartisipasi dalam kampanye BKGN berikutnya yang akan diadakan di berbagai universitas di Indonesia. Berikut adalah jadwalnya: