Bir dan krisis utang Eropa

ANTARA News - Hiburan - Gaya Hidup
ANTARA News - Hiburan - Gaya Hidup
Bir dan krisis utang Eropa
Sep 21st 2011, 02:32

New York (ANTARA News) - Ternyata mengurangi konsumsi bir dapat berpengaruh pada krisis utang di Eropa, menurut penelitian yang dilakukan oleh para pengusaha bir.

Kesimpulan itu memang tidak seheboh seperti kedengarannya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh kelompok industri Ernst and Young, yang dibiayai oleh Asosiasi Pembuat Bir di Eropa, orang Eropa dapat menghemat uang mereka dengan minum bir di rumah daripada di bar yang memerlukan biaya industri dan penerimaan pajak yang besar, sebagaimana dikutip dari laman New York Times.

Mengubah kebiasaan minum bir di rumah berakibat pada jumlah pengangguran yang tidak proporsional, karena 73 persen pekerjaan yang terkait dengan industri bir Eropa justru berada di luar pabrik pembuatan bir, seperti di bar, hotel dan restoran.

"Jelas, krisis tersebut berpengaruh," kata Pierre-Olivier Bergeron, sekjen Asosiasi Pembuat Bir Eropa.

Konsumsi bir di Eropa turun delapan persen selama 2008 hingga 2010, periode selama penelitian dilakukan. Tetapi angka pekerja di industri bir turun 12 persen, atau 260.000 pekerjaan, demikian penelitian tersebut. Hasil tersebut dibandingkan dengan angka penurunan jumlah pekerja sebanyak 2 persen di Eropa secara keseluruhan.   

PHK dapat memperburuk krisis utang karena para pengangguran biasanya lebih memilih menuntut tunjangan daripada membayar pajak. Ketika kebiasaan minum bir menurun, pemerintah juga akan mendapat keuntungan yang lebih sedikit dari hasil pajak penjualan bir itu.

Bahkan, Yunani telah menjadi negara yang paling terpukul akibat resesi bir itu. Konsumsi tahunan per kapita turun dari 41 liter hingga 36 liter selama periode 2008 - 2010, sementara jumlah lapangan pekerjaan di industri bir jauh sebanyak 15 persen ke angka 59.600 pekerjaan.

Industri bir mengeluhkan bahwa penurunan tersebut diakibatkan oleh kenaikan tajam dari pajak nilai tambah bir yang diberlakukan oleh sejumlah negara, termasuk Yunani.

"Pemerintah cenderung memandang sejumlah sektor tertentu sebagai sapi perahan," kata Pierre. Dia mengatakan bahwa kenaikan tersebut bersifat kontraproduktif karena menekan angka konsumsi dan akhirnya mengorbankan pekerjaan sehingga mengakibatkan pendapatan menjadi rendah. (SDP-05)

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions
Next Post Previous Post