TEMPO Interaktif, Bandung - Penyandang penyakit lupus di Jawa Barat saat ini diperkirakan berjumlah 4.500 orang. Sekitar 90 persen atau 3.700 lebih pasien itu perempuan aktif berusia 15-45 tahun. Dokter pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) masih kesulitan menangkap gejalanya karena sering mirip penyakit lain.
Dokter lupus di Bandung, Rachmat Gunadi mengatakan, deteksi dini penyakit yang dikenal dengan 1.000 wajah itu bisa memudahkan penanganan pasien lupus. "Karena lupus dapat menyerang berbagai sistem dan organ tubuh, bahkan sering mengancam jiwa,"katanya, saat pelatihan gratis bagi puluhan dokter Puskesmas oleh Yayasan Syamsi Dhuha di Bandung, Selasa, 20 September 2011. Peserta berasal dari Puskesmas di Sumedang, Karawang, Kuningan, Subang, Garut, Bogor, Ciamis, dan Banjar.
Rachmat mengatakan, saat ini jumlah orang dengan lupus (odapus) di dunia berjumlah lebih dari 5 juta orang. Temuan kasus barunya setiap tahun mencapai 100 ribu orang. Di Indonesia, jumlah penderita lupus diperkirakan 300 ribu orang.
Pelatihan itu menurut Ketua Yayasan Syamsi Dhuha, Dian Syarief, untuk meningkatkan kepedulian dan kejelian dokter Puskesmas terhadap gejala lupus. "Setelah pelatihan, diharapkan dokter puskesmas dapat segera merujuk pasien yang dicurigai lupus, sehingga akan lebih banyak odapus yang dapat terselamatkan jiwanya," kata Dian.
Relawan yayasan yang juga odapus, Helin Herlina mengatakan, ia pernah mendampingi kasus pasien lupus yang tak langsung dirujuk ke rumah sakit karena dokter sebuah Puskesmas di Bandung menyangka gejalanya hanya alergi biasa.
Hingga kepala pasien itu hampir botak karena rambutnya rontok dan kulitnya berkoreng akibat gatal, baru ia dirujuk ke rumah sakit oleh dokter di Puskesmas lain. "Pada kasus lain juga disebut alergi, hingga pasien pingsan dan kejang baru dinyatakan lupus," ujarnya.
Dokter Puskesmas Kawalu di Kota Tasikmalaya, Ali Sya'ban mengatakan, selama bertugas hampir 10 tahun di kota kelahirannya, ia baru menemukan satu kasus lupus saat bertugas di Puskesmas Cigereun. "Itu gejalanya jelas terlihat, seperti ruam pada wajah dan telapak tangan, kalau ciri khasnya masih agak sulit," kata dokter lulusan Universitas Trisakti 2001 itu.
ANWAR SISWADI