KOMPAS.com — Deodoran umumnya mengandung aluminium atau zirconian. Kedua bahan aktif ini bila terkena air akan menyumbat kelenjar keringat dan mencegah kelenjar-kelenjar tersebut memproduksi keringat. Menurut Dr David Pariser, MD, deodoran paling efektif ketika dioleskan pada kulit yang sangat kering.
"Jika Anda mengoleskannya pada pagi hari sebelum Anda keluar rumah, atau segera setelah Anda mandi, Anda mungkin sudah berkeringat atau ketiak Anda basah. Jika permukaan kulit basah, reaksi kimia yang terbentuk dari aluminium akan terjadi pada permukaan kulit, dan bukan pada pori-porinya, sehingga mencegah kelenjar keringat tersumbat," jelas pendiri dan sekretaris International Hyperhidrosis Society ini.
Pariser menyarankan untuk menggunakan produk antiperspiran ini pada malam hari ketika produksi keringat paling rendah. Bahkan ketika Anda mandi esok paginya, deodoran masih akan efektif karena produk ini tahan hingga beberapa hari. Setelah mandi, jika Anda ingin mendapatkan aromanya, deodoran bisa diaplikasikan lagi sebagai pewangi.
Penelitian Alzheimer's Association and the National Cancer Institute menunjukkan, tidak ada bukti ilmiah yang membuktikan bahwa deodoran bisa menyebabkan penyakit alzheimer atau kanker payudara. Diduga, garam aluminium yang terdapat dalam produk deodoran diserap oleh kulit sehingga menghambat pengeluaran toksin di ketiak saat tubuh berkeringat. Toksin yang tidak keluar itulah yang diduga akan menyebabkan kanker. Namun, kandungan kimia yang mungkin diduga bisa menyebabkan kanker itu akan diproses di ginjal untuk dikeluarkan melalui urine.
Baca juga: Jangan Tutupi Bau Badan dengan Parfum! Enyahkan Noda di Bagian Ketiak Kemeja
Sumber: Womans Day