Periksa telinga (dok.corbis)
VIVAnews - Saat tubuh mengalami masalah, sebenarnya terdapat tanda-tanda yang dapat dilihat mata. Namun, untuk memastikan memang dibutuhkan pemeriksaan medis agar hasilnya lebih akurat.
Mulai dari kondisi telinga, alis, payudara, hingga jari Anda ternyata bisa menggambarkan kondisi kesehatan. Bukan hanya itu, risiko Anda mengalami penyakit tertentu juga bisa dilihat secara kasat mata. Seperti tanda gangguan kesehatan berikut, yang dilansir dari redbookmag.com. 1. Telinga berkerut "Selama penelitian satu dekade, telah diketahui bahwa lipatan di satu salah telinga dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung," kata JoAnne Foody, MD, ahli jantung di Brigham and Women's Hospital, Amerika Serikat.
Jadi, jika terlihat jelas lipatan atau kerutan di telinga Anda, cobalah periksa tekanan darah dan kolesterol. Ini untuk mengetahui kondisi kesehatan jantung Anda.
2. Alis tipis Alis tipis, bukan karena terlalu banyak dicabut, bisa jadi pertanda seseorang mengalami masalah tiroid. "Hormon tiroid yang membuat rambut dan seluruh bulu di tubuh dalam keadaan sehat. Jika rambut rapuh atau tipis, bisa jadi tanda gangguan tiroid," kata Sandra Fryhofer, MD, profesor di Emory University.
Untuk memastikan apakah Anda mengalami masalah tiroid, ada sebuah tes darah sederhana. Dengan cara ini, Anda bisa mengetahui mengapa rambut mudah rontok dan tipis. 3. Payudara besar Payudara besar identik dengan sensualitas. Namun, ini bukan tanpa risiko. Ternyata, makin besar ukuran payudara,makin tinggi risiko terkena penyakit diabetes tipe 2. Ini merupakan hasil studi pada 90 ribu wanita selama 20 tahun dan bagian dari Nurses Health Study.
Tipe lemak pada payudara kemungkinan memproduksi hormon yang memicu diabetes. Jadi, jika Anda memiliki ukuran payudara yang tergolong besar, tak ada salahnya untuk melakukan tes kadar gula darah.
4. Jari telunjuk yang pendek Jika jari telunjuk lebih pendek dibandingkan jari manis, Anda berisiko dua kali lebih besar mengalami arthritis atau gangguan otot. Ini menurut penelitian yang dilakukan Arthritis Research Institute of America.
"Semakin besar perbedaannya, maka risiko semakin besar," kata Paulus Leaverton, Ph.D, salah satu peneliti.
• VIVAnews
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.
' ); $.ajax({ type: "POST", url: "/comment/load/", data: "valIndex=" + a + "&articleId=" + b + "&defaultValue=" + c, success: function(msg){ $("#loadkomen").html(msg); //$(".balasan").hide(); } }) }