Jajanan anak usia sekolah, tanggung jawab kita semua.
KapanLagi.com - Guna mewujudkan komitmen bersama lintas sektor dalam menjaga keamanan pangan dan menciptakan pola konsumsi sehat bagi anak-anak Indonesia, Fonterra Brands Indonesia hari Rabu (05/10) kemarin mengadakan diskusi ilmiah bertema
Keamanan Pangan dan Pola Konsumsi Anak dan turut menghadirkan Dr. Ir. Roy Sparingga, M.App,Sc, Deputy III, BPOM, Prof Dr. Ir. Hardinsyah, MS, IPB, Drs. Suratmono MP, Direktur Inspeksi & Sertifikasi Pangan BPOM, dokter spesialis anak DR. Dr. Hartono Gunardi Sp A(K) dan moderator DR. Dr. Luciana B. Sutanto, MS, SPGK.
Keamanan, mutu dan gizi makanan yang dikonsumsi anak-anak kita, menurut Roy Sparingga sangat membutuhkan strategi manajemen risiko yang tepat. Dalam manajemen tersebut, peran serta orang-orang di sekitar anak sangatlah penting, seperti ibu dan anggota keluarga lainnya, warga sekolah, produsen pangan hingga pemerintah.
Sebenarnya melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), pemerintah sudah berperan untuk mengawasi dan memastikan jalannya peraturan dan standarisasi pangan, termasuk melalui sosialisasi dan pengawasan keamanan pangan jajanan anak sekolah.
Menurut Suratmono, Direktur Inspeksi dan Sertifikasi Pangan BPOM, empat masalah di jajanan anak sekolah yang masih belum bisa diatasi adalah cemaran kuman, jamur dan bakteri (mikroba) karena kebersihan yang buruk, cemaran kimia karena tercemar limbah, pemakaian bahan berbahaya di makanan dan juga penggunaan bahan-bahan kimia yang melebihi takaran yang aman.
Bicara soal pola konsumsi anak, saat ini kita semua diharuskan untuk sanggup memahami dan mencermati asupan gizi anak, di tengah terjangan gaya hidup masa kini yang membuat orang tidak bisa berpikir panjang tentang mana yang sehat dan aman. Uniknya, menurut Hardinsyah dari Institut Pertanian Bogor, masalah gizi saat ini adalah paradoks gizi. Artinya, dalam suatu keluarga ada anggota keluarga (anak) yang kekurangan gizi sementara anggota keluarga yang dewasa justru mengalami masalah kelebihan gizi, atau sebaliknya. Demikian pula dalam masyarakat, yang menunjukkan kesenjangan ekonomi dalam masyarakat.
Hartono Gunardi menambahkan bahwa usia 1-12 tahun merupakan usia pertumbuhan dan perkembangan fisik dan kognitif yang besar. Saat usia sekolah anak tidak sepenuhnya bergantung pada orang tua, mereka mulai memilih makanan sendiri dan dipengaruhi oleh lingkungan sekolahnya. Karena itu orang tua dan guru mempunyai peranan dalam membina pola makan yang baik bagi anak. Usia ini merupakan perkembangan kognitif yang meliputi perkembangan memori, pemikiran kritis, kreativitas dan bahasa. Pada masa ini gizi anak harus terpenuhi agar perkembangan kognitifnya tidak terhambat. Pola makan gizi seimbang, sarapan pagi, menghindari jajanan yang tidak sehat dan perlu diwaspadai kekurangan zat besi yang dapat menimbulkan anemia dan mengganggu tumbuh kembang pada usia ini. (prl/miw)