Perempuan Belanda di Mata Pendatang: Kasar

VIVAnews - KOSMO
VIVAnews - KOSMO
Perempuan Belanda di Mata Pendatang: Kasar
Oct 15th 2011, 23:31

VIVAnews - Seorang perempuan jurnalis Belanda, Santje Kramer, penasaran dengan persepsi warga pendatang di Belanda mengenai perempuan Belanda. Sejumlah wawancara dilakukannya dan hasilnya kemudian dibukukan.

"Kasar, ceroboh dan tidak ramah." Itulah kesimpulan karakter perempuan Belanda menurut warga pendatang dalam bukunya berjudul "Het Poldermodel."

Untung saja para poldervrouw ini (julukan perempuan Belanda) juga pintar, tidak materialistis dan cukup menarik. Menurut Radio Nederland yang melansir buku ini, Sabtu 15 Oktober 2011, Kramer telah berbicara dengan dua puluh empat warga pendatang -pria dan wanita- dari seluruh penjuru dunia yang tinggal di Belanda, bahkan sudah lama berdomisili di negeri Kincir Angin ini.

Beberapa juga (pernah) mempunyai hubungan dengan perempuan Belanda, jadi mereka memang punya pengalaman.

Apa saja komentar mereka mengenai perempuan Belanda?

Alami

Mereka masih bernada positif jika ditanyai tentang penampilan perempuan Belanda. Tinggi, berambut pirang, cerdas, berproporsi badan bagus dan alami. "Perempuan-perempuan dengan tatapan bebas, positif dan terbuka, mengendarai sepeda dan tanpa banyak dandan," ujar seorang pendatang asal Australia.

Seorang warga asal Inggris bahkan mengatakan, 'perempuan-perempuan yang tercantik di dunia'. Satu hal yang menurut banyak orang juga mengejutkan adalah mereka mudah didekati.

Ceroboh

Tetapi kritiknya adalah, bagaimana bisa perempuan-perempuan ini begitu ceroboh menata penampilan mereka? Tidak pakai perhiasan, make-up minimalis dan rambut tak pernah disisir. Kramer menuliskan apa yang dikeluhkan orang Yunani. "Jika Dewa sudah memohon, berbuatlah sesuatu!"

Para poldervrouw enggan menggunakan sepatu hak tinggi, tapi justru sepatu boot dengan hak datar, dikenakan juga jika mereka mengenakan rok atau terusan. Lebih baik terlihat keren dan nyaman daripada terlihat kewanita-wanitaan. Tidak heran merek sepatu boot berbulu asal Australia, Ugg, sangat populer di Belanda, paling sering dikenakan dengan celana jeans dan t-shirt yang biasa-biasa saja.

Seorang perempuan Rusia bahkan mengeluh dirinya merasa seperti 'pelacur' di Belanda diawal-awal kepindahannya ke Belanda, ketika dia keluar rumah mengenakan rok pendek dan sepatu hak tinggi. Perempuan Belanda tak ada yang mengenakan itu. Sekarang dia sudah beradaptasi dengan gaya berpakaian di Belanda.

Di wilayah pedalaman Belanda kondisinya lebih buruk lagi. Semua perempuan di sana berambut pendek dengan alasan 'praktis'. Seorang warga Prancis kadang bertanya-tanya mana yang laki-laki mana yang perempuan kalau dia berjalan di belakang pasangan Belanda.

Agak manis sedikit

Soal karakter perempuan Belanda untungnya saja masih ada manisnya sedikit. Perempuan Belanda punya jiwa yang bebas, baik hati, tidak mudah cemburu dan kita bisa mengobrol tentang apa saja karena mereka cerdas.

Mereka juga tidak materialistis (menurut pria Israel ini amat bertolak belakang dengan perempuan Israel), tegar, bisa melakukan banyak pekerjaan di rumah dan tidak manja.

Kasar dan terlalu terus terang

Tapi soal perilaku, perempuan Belanda nyaris menyamai pria Belanda. Bicaranya kasar, dominan dan terlalu terus terang. Seorang warga Belgia mengatakan, "mereka selalu ingin menjadi bos dan hanya ingin bekerjasama dengan pria-pria kecil." Lalu ada juga yang mengeluhkan perempuan Belanda yang tidak bisa merayu, sedikit bekerja, menjadikan anak sebagai alasan inti kehidupan mereka dan tidak ramah.

Tidak iba

Sang penulis, Santja Kamer, tidak punya rasa iba terhadap perempuan Belanda. Dia bahkan amat sangat setuju dengan kritik-kritik warga pendatang.

"Iklim di sini memang tidak mendukung gaya pakaian elegan," ujar sang penulis. "Kami memang perempuan yang harus menghadapi angin dan segala bentuk cuaca di sepeda, tapi yah, di musim panas di antara rok-rok pendek itu, masih ada saja yang mengenakan sepatu boot cowboy jelek."

Dia mengatakan, adalah sebuah kesalahan total jika para perempuan ini beranggapan bisa memadukan kekerenan dan kewanita-wanitaan. Meski demikian dia tidak menduga para warga mendatang menganggap perempuan Belanda begitu mengerikan. 

"Mereka mengatakan kami tidak bisa merayu. Dengan buku saya ini saya jadi lebih memerhatikan situasi dan setelah saya perhatikan kami memang tidak pernah saling berpandangan di jalan. Semua memandang ke bawah, seakan-akan ingin mengatakan 'jangan ikut campur urusan saya dan saya pun tidak akan mencampuri urusan kamu'."

Bagaimana menurut Anda? (umi)

• VIVAnews

Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.

' ); $.ajax({ type: "POST", url: "/comment/load/", data: "valIndex=" + a + "&articleId=" + b + "&defaultValue=" + c, success: function(msg){ $("#loadkomen").html(msg); //$(".balasan").hide(); } }) }

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions
Next Post Previous Post