KOMPAS.com - Kita mungkin termasuk orang yang mudah mengobrol dengan orang lain. Namun, ada saat-saat ketika kita kehabisan kata-kata. Misalnya saja pada situasi seperti ini:
Tiba-tiba jadi pusat perhatian Awalnya, pembicaraan di arisan keluarga membahas tentang kehamilan sepupu. Tiba-tiba, seorang kerabat melihat kita dan berkata, "Wah, kamu cantik sekali sekarang! Apa rahasianya?" Seketika, semua orang berpaling ke arah kita. Wajah kita pun merona karena malu.
Menurut Jonathan Cheek, profesor psikologi dari Wellesley College, Massachussets, pujian yang diterima di depan umum bisa memberi stimulasi sosial berlebihan, sehingga kita tidak bisa meresponsnya dengan baik. "Pujian seperti ini dapat menciptakan tekanan untuk tampil lebih baik di kesempatan berikutnya," tambah Cheek.
Atasi dengan: Bersikap santai dan jangan berpikir yang bukan-bukan. "Hindari terjebak ekspektasi untuk tampil lebih baik. Cukup ucapkan terima kasih," katanya.
Seorang kenalan mengalami musibah kematian Suami dari mantan rekan kerja baru saja meninggal dunia. Saat kejadian, kita sedang pergi ke luar negeri dan baru mendengar kabarnya selang satu minggu. Teman-teman sekantor sudah datang melayat, dan kita ketinggalan. Di antara rasa galau apakah harus datang atau menelepon, kita bertemu dengannya di supermarket. Spontan kita ingin membalikkan badan, karena bingung harus bicara apa. Apa yang harus kita lakukan?
Atasi dengan: "Kematian adalah kejadian yang monumental dalam kehidupan. Sebaiknya kita tidak menghindari teman yang baru ditimpa kemalangan. Dekati dia, sampaikan rasa simpati, dan beri dukungan emosional," saran Bernardo Carducci, profesor psikologi dari Indiana University Southeast, New Albany. Tidak perlu kata-kata indah. Cukup katakan betapa Anda ikut berduka cita untuknya.
Jadi bulan-bulanan kemarahan orang lain Bayangan saja, ia rekan di kantor yang bertemperamen tinggi dan sering membawa masalah dari rumah ke tempat kerja. Selama ini, kita tidak pernah jadi korban, hingga suatu hari berpapasan dengannya ketika ia sedang kesal. Yang terjadi selanjutnya: Dia berkata ketus kepada kita tanpa alasan yang jelas, lalu segera berlalu. Tinggal lah kita terdiam karena kaget dan kesal.
Atasi dengan: Tidak menanggapinya secara pribadi. Terutama bila kita sudah paham akan temperamen buruknya. "Ini lebih baik ketimbang memberi reaksi serupa terhadap orang tersebut," kata Jerilyn Ross, ahli psikoterapi dari Anxiety Disorder Association of America.