kantong darah (inmagine)
VIVAnews - Setelah tim peneliti Universitas Endinburgh, Inggris, mengembangkan darah buatan dari sel induk tali pusar, sejumlah ilmuwan mencoba mengembangkan protein darah dari beras.
Seperti dikutip Telegraph, Dr Daichang Yang dari Universitas Wuhan, China, yang memimpin penelitian itu mengklaim dapat mengekstrak beras menjadi albumin, protein yang biasa ditemukan dalam darah manusia, yang sering digunakan untuk mengobati luka bakar, trauma, dan penyakit hati.
Dr Yang melakukan penelitian itu bersama rekan-rekannya dari Dewan Riset Nasional Kanada dan Pusat Fungsi Genomik Universitas Albany, New York, Amerika Serikat.
Mereka berharap temuan itu menjadi alternatif aman untuk menyelamatkan nyawa manusia di tengah keterbatasan darah donor, sekaligus memperkecil risiko penularan HIV dan Hepatitis melalui tranfusi.
"Albumin adalah sebuah protein penting. Kebutuhannya diperkirakan lebih dari 500 ton per tahun di seluruh dunia," kata Dr Yang. "Produksi protein ini dari donor darah manusia sangat terbatas, sementara permintaan klinis sangat tinggi."
Menurut Dr Yang, darah donor umumnya dipisahkan dalam tiga komponen: sel darah merah, platelet, plasma. Platelet bermanfaat untuk membantu pembekuan darah. Sedangkan plasma memuat komponen utama berupa protein yang disebut serum albumin. Plasma biasa diberikan kepada pasien yang kehilangan darah berat.
Albumin merupakan protein paling melimpah dalam darah manusia. Perannya, melakukan fungsi-fungsi penting, termasuk membawa hormon dan mineral ke seluruh tubuh, membersihkan racun berbahaya dari aliran darah, dan membantu mengatur tekanan darah.
Dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal ilmiah Proceedings of the National Academy of Sciences, tim melakukan rekayasa genetika benih padi dengan memasukkan gen manusia. Beras yang dihasilkan nantinya diekstrak untuk menghasilkan protein yang identik dengan albumin yang ditemukan pada manusia.
Tim lalu menguji protein tersebut pada tikus yang mengidap sirosis hati. Hasilnya, tikus menunjukkan reaksi sama ketika mendapat pengobatan melalui tranfusi darah. Hasil tes pada tikus tidak menunjukkan reaksi yang merugikan.
Mereka berharap dapat menggunakan tanaman padi hasil rekayasa genetika untuk memproduksi protein lain dalam darah manusia. Misalnya, hemoglobin, yang memberikan warna khas darah merah dan membawa oksigen ke seluruh tubuh, dan imunoglobulin, protein kunci dari sistem kekebalan tubuh. Atau bahkan, rekayasa genetika untuk memproduksi insulin.
Gavin Murphy, seorang konsultan operasi jantung di Bristol Royal Infirmary dan dosen senior di Universitas Bristol, yang mempelajari dampak transfusi darah pada pasien, mengatakan bahwa penelitian tersebut memiliki potensi untuk merevolusi pasokan produk darah yang selama ini digunakan di rumah sakit.
"Sejauh ini mereka baru mengujinya pada tikus. Tes lanjutan perlu untuk menunjukkan tingkat keamanannya pada manusia," ujar Murphy. "Dengan pendekatan ini, mereka dapat memproduksi protein darah pada skala besar yang benar-benar akan memecahkan semua masalah pasokan darah yang kami hadapi selama ini." (eh)
Baca juga: Menanti Keberhasilan Transfusi Darah Buatan
• VIVAnews
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.
' ); $.ajax({ type: "POST", url: "/comment/load/", data: "valIndex=" + a + "&articleId=" + b + "&defaultValue=" + c, success: function(msg){ $("#loadkomen").html(msg); //$(".balasan").hide(); } }) }