Tak terhitung lagi berapa banyak selebriti berpredikat seksi di muka bumi ini yang nyaris terlihat tanpa busana di hadapan saya.
KapanLagi.com -
Naked TruthTak terhitung lagi berapa banyak selebriti berpredikat seksi di muka bumi ini yang nyaris terlihat tanpa busana di hadapan saya. Tak pernah sedikit pun saya merasa ini sebagai 'bonus' santapan mata karena saya tahu hal ini akan mengacaukan konsentrasi saya ketika memijat tubuh mereka. Jujur, terkadang godaan untuk melihat mereka tak terelakkan – entah karena tubuh selebritis yang fantastis atau menggelikan.
Pernah, seorang aktor popular, yang kelebihan berat badan, datang menemui saya. Ia baru kembali berlibur dari kawasan Meksiko dan menderita sakit yang luar biasa di area pundak. Saya putuskan untuk memijatnya. Begitu tangan saya memulas area sakitnya, saya menyadari suatu keanehan: ada sesuatu berwarna merah bergerak di punggungnya, dan tak lama saya bisa melihat kepala makhluk yang tampaknya seperti parasit di bawah kulitnya. Sontak saya menjauh dari meja pijat lalu mengumpulkan keberanian untuk bilang, "Anda benar-benar harus segera memeriksanya ke dokter."
Tak Selalu Berakhir Bahagia
Undangan pergi kencan ada saja yang datang tapi tak ada satu pun klien yang saya kencani. Saya yakin, tak ada pemijat berkelas yang mau melakukannya. Itu dapat mengaburkan sistem kerja serta jadi satu-satunya jalan tercepat yang bisa menghancurkan reputasi dan kredibilitas usaha ini.
Memang benar saya lajang dan, ya, tawaran itu sangat menggoda. In the end, saya sempat terjerat. Seorang pemain basket seksi, lekat dengan kekasih 'silih ganti'-nya itu, mengundang saya untuk ikut dalam perjalanan liburannya selama seminggu penuh menuju sebuah pulau eksklusif di daratan Eropa. Saya menyukainya, tapi karier yang selama ini saya bangun adalah prioritas utama. Saya pun menolak. Sesuatu yang lebih mengejutkan datang dari seorang pop star cantik, gorgeous, semuanya...perfect, hingga tiba pada kejadian di mana ia mengibaskan payudaranya di depan wajah saya. Kelakuannya jauh di luar dugaan saya. Saya sendiri tak mengerti apa tujuan sebenarnya ia melakukan hal itu.
Sering juga saya diminta untuk melakukan 'full service massage', atau dikenal juga sebagai happy ending. Percaya atau tidak, saya tak pernah melakukan itu, dan siapapun yang coba-coba menawarkan 'jalan pintas', akan saya buang jauh-jauh pikiran untuk menerima pekerjaan tak berkelas itu. Hal serupa saya lakukan saat seorang figur yang jadi panutan semua orang menunjukkan penisnya di depan saya dan menjanjikan saya banyak harta jika saya mau bercinta dengannya.
Ini adalah pertama kali saya memijatnya, dan segera setelah ia mengutarakan permintaan liarnya itu, sambil mencoba untuk mengendalikan emosi, saya bilang padanya kalau keinginan cabulnya tak bisa saya kabulkan. "Sebut berapa harga yang kamu minta?" serunya sambil memohon, mengerang, dan (mengejutkan) ia menggeliat di atas tempat tidurnya. Sekali lagi, saya tolak habis-habisan. Tapi ia tetap bersikeras dan memohon.
Saya tak tahu lagi bagaimana membuat pria itu berhenti mengganggu saya. Padahal jelas-jelas permintaannya itu tak akan pernah saya lakukan seumur hidup saya. Never! Langsung saya meraih ponsel untuk googling sejumlah lembaga perlindungan dan melaporkan pengaduan atas beberapa ancaman yang belakangan saya terima. Dalam laporan itu pula, saya sengaja menuliskan sebuah pesan dan mengatakan dengan sopan padanya, "Inilah jenis pijat yang Anda cari, begitu pula dengan sejumlah pelanggan rutin saya. Semua saya perlakukan setara. Dan sekali lagi, saya bukan pelacur."
Permintaan aneh klien pada seorang "Masseuses" (yang 'shocking!')
1. "Seorang wanita pernah meminta saya untuk mengerik tubuhnya keras-keras, supaya meninggalkan tanda goresan di tubuhnya. Saya bilang saja padanya kalau saya tak nyaman melakukan apa yang ia minta."
2. "Seorang klien pria meminta saya untuk memijatnya di tengah-tengah acara formal dinner yang ia adakan. Ia menyuruh saya menata perlengkapan pijat bukan di kamarnya, melainkan di antara para tamu lalu memijatnya dalam keadaan telanjang, sambil tetap berbincang dengan temannya. Saya tak keberatan, but it sure felt awkward."(Cosmo/miw)
Source: Cosmopolitan Edisi Oktober 2011, Halaman 235
Provided by: