Senin, 19 Desember 2011 | 15:23 WIB
TEMPO.CO, Swedia - Atlet dengan aktivitas fisik tinggi dan sering berbenturan memiliki risiko terkena osteoarthritis atau gangguan sendi berupa nyeri dan kaku dibandingkan dengan seseorang yang melakukan olah raga biasa. Studi ini dilakukan terhadap para mantan atlet dan dipublikasikan di Jurnal Kesehatan Amerika.
Sebuah studi di Swedia menyebutkan, atlet yang berkecimpung di bidang olah raga seperti bola, rugby dan hoki es memiliki risiko dua sampai tiga kali lipat terkena osteoarthritis. "Gangguan sendi ini biasa ditemukan pada sendi dan pinggul atlet laki-laki, jumlahnya meningkat di luar perkiraan," ujar peneliti dari Universitas Lund, Sweida, Magnus Tveit, Senin, 19 Desember 2011.
Osteoarthritis yang dialami para mantan atlet ini diakibatkan pergerakan antartulang yang saling bergesekkan. Gesekan ini menyebabkan rasa sakit, pembengkakan, dan keterbatasan jangkauan gerak. "Cedera lutut para mantan atlet sebelumnya sering diasosiasikan dengan osteoarthritis," kata Tveit.
Penelitian ini dilakukan terhadap 700 mantan atlet Swedia berumur 50-93 tahun dan rata-rata sudah pensiun. Semua atlet itu pernah berkecimpung secara profesional di tingkat olimpiade. Mereka dibandingkan dengan 1.400 pria dengan umur yang sama yang hanya melakukan olah raga biasa.
Cedera pinggul dan lutut yang diderita atlet profesional berdampak serius hingga 85 persen ketika mereka tua. Sedangkan yang melakukan olah raga biasa hanya memiliki dampak cedera serius 19 persen. "Atlet profesional terikat pada pememenuhan target peningkatan fisik yang tinggi, makanya mereka memilki risiko yang lebih tinggi," ujar peneliti dari Universitas Iowa, Joseph Buckwalter.
CHETA NILAWATY | REUTERS