Walaupun otot paha, bahu maupun lengan sedang nyeri, bukan berarti Anda harus menghentikan latihan rutin yang sudah berjalan selama ini. Tenang....FITNESS punya cara cerdas untuk mengatasi rasa sakit itu.
KapanLagi.com - Awal tahun lalu, Mita, 36 tahun, tertarik ikut lomba lari half marathon (21 km) di negeri tetangga, Singapura. Maka, ia segera menyusun jadwal latihan lari dengan penuh semangat. Lima minggu sebelum pertandingan, ia mulai berlatih dan ketika baru mencapai 10 km, rasa nyeri menyergap. "Lutut kanan saya terasa kencang dan kaku," keluh Mita. Namun, saat itu ia tetap ngotot melanjutkan latihan larinya dan berharap rasa nyeri itu bisa hilang begitu tiba di rumah. Sayang, ia belum beruntung. Selama beberapa minggu, rasa nyeri di kakinya tak kunjung hilang. "Setiap kali mau berdiri, saya terpincang-pincang. Saya kesakitan," katanya. "Begitu saya lari, nyerinya makin parah."
Mita, si pecinta lari ini sadar bahwa dirinya terkena tendinitis, nyeri otot yang terjadi karena latihan berlebihan. Kondisi ini bisa diatasi dengan mengistirahatkan otot, minimal sebulan. "Namun, saya tak punya banyak waktu untuk itu," katanya. "Saya sudah bertekad ikut lomba lari half marathon." Akhirnya ia berhasil mencapai targetnya di lomba tersebut. "Tapi selama beberapa hari, saya kesakitan," katanya. "Barulah 3 bulan kemudian, kondisi lutut saya kembali normal."
Pikiran Negatif
Kita semua berusaha mengatasi nyeri hingga latihan selesai. Setiap tahun 42% pecinta olahraga mengalami sakit atau nyeri ketika berlatih, ungkap sebuah studi dari American College of Sport Medicine (ACSM). Lutut sakit dan terkilir juga otot tegang di bahu atau lengan atas sangat biasa. Untuk mengatasinya ternyata banyak di antara kita mengonsumsi obat, yang bila dikalkulasi seluruhnya mencapai 2 milyar dolar per tahun untuk membeli obat-obat pereda nyeri. "Bila seseorang baru mulai berlatih atau mencoba sesuatu hal baru, maka mereka cenderung berlebihan, sementara tekniknya masih rendah," kata Windee Weiss, Ph.D., pakar kesehatan di bidang physical education and leisure services dari University of Northern Iowa di Cedar Falls, AS. "Akibatnya mereka merasa nyeri pada otot, mengalami cedera dan sakit saat bergerak."
Reaksi terhadap rasa nyeri itu, sebenarnya tergantung pada seberapa besar Anda merasakan sakitnya, seberapa lama rasa nyeri itu akhirnya lenyap dan kapan Anda pulih dari rasa nyeri itu. Penelitian baru menemukan, bila terjadi otot terkilir, tulang retak maupun ligamen sobek, maka proses 'perjalanan' rasa sakit itu akan ditransfer melalui jaringan saraf ke sumsum tulang belakang lalu menuju ke otak. Tetapi karena sinyal rasa nyeri itu berhubungan dengan pikiran dan emosi, proses rasa nyeri itu mengambil jalan pintas, langsung ke otak.
"Stres dan kecemasan akan mempengaruhi alam bawah sadar. Sehingga terkadang sakit yang biasa terasa lebih sakit," papar Robert Gatchel, Ph.D., pakar psikologi dari University of Texas di Arlington, AS. Mereka yang suka berlebihan juga kerap membuat suatu masalah sederhana menjadi lebih rumit dan cenderung berpikiran negatif. Umumnya, mereka akan mengeluh, "Saya tak akan mampu menahan rasa sakit ini," atau "Duh, saya nggak tahan seperti ini."
Pikiran Anda dapat memicu terjadinya kondisi yang lebih buruk. Studi menyebutkan bahwa nyeri yang teramat sangat sakit – membayangkan rasa nyeri bisa mempengaruhi kerja otak dan akhirnya berakibat stres dan nyeri otot malah menjadi lebih parah. Faktanya, beberapa dokter percaya perasaan takut justru melebihi dari nyeri itu sendiri," jelas Weiss. Tapi mereka yang cinta olahraga justru akan berpikir: "Tetap fokus pada latihan dan mencari cara menangkal rasa nyeri agar program latihan bisa tetap berjalan tanpa halangan," tangkis Maria Urso, Ph.D., peneliti dalam bidang psikologi dari US Army Research Institute Environmental Medicine di Natick, Massachussets, AS. "Jika Anda doyan olahraga, maka akan berpikir cara menghilangkan rasa nyeri pada otot ketimbang batal berlatih." Ini terjadi pada Diana, pecinta lari dari Bandung. Ketika achilles tendonitis-nya luka, ia tidak bisa berlari di jalanan terjal berbatu selama beberapa bulan. "Empat minggu terburuk dalam hidup saya adalah ketika saya tak bisa berlari rutin seperti biasanya." (fitness/wsw)
Artikel Lanjutan: Cara Cerdas Bebas Nyeri II
Source: Fitness Magazine, Edisi November 2011, Halaman 79