Mengajak Perempuan Melek Finansial

KOMPASfemale
KOMPASfemale
Mengajak Perempuan Melek Finansial
Dec 6th 2011, 06:44

KOMPAS.com - Pelatihan mengelola keuangan untuk perempuan menjadi pilihan program tanggungjawab sosial perusahaan asuransi Prudential. Prudential London menjadi pencetus program yang kemudian diaplikasikan di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Untuk kali ketiga, Prudential Indonesia mengadakan Financial Literacy. Pada 2011 ini, enam kota berhasil dikunjungi, dengan jumlah perempuan peserta pelatihan mencapai 1800 orang, meningkat dari tahun lalu 1.500 peserta. Jumlah kota dan peserta bertambah setiap tahunnya. Sejak 2009, total lebih dari 4.000 perempuan teredukasi mengenai perencanaan keuangan melalui program ini.

"Sejak tiga tahun lalu, kami mulai menyasar perempuan sebagai bagian dari program CSR, selain program yang fokus pada pendidikan dan kesehatan anak-anak. Ini merupakan bentuk apresiasi terhadap perempuan yang memiliki banyak peran di keluarga, sebagai dirinya, ibu, istri, ipar dan lainnya. Meski tak semua perempuan berpenghasilan, perempuan punya peran penting sebagai pembuat keputusan di rumah, termasuk dalam keuangan," jelas Nini Sumohandoyo, Corporate Marketing & Communications Director Prudential Indonesia, saat jumpa pers di Jakarta, Selasa (6/12/2011).

Kalangan menengah bawah Seperti tahun lalu, pelatihan mengelola keuangan dari Prudential untuk perempuan Indonesia ini menyasar kalangan menengah bawah, dengan penghasilan Rp 1,5 juta - Rp 3 juta.

Bekerjasama dengan Asosiasi Pedagang Kaki Lima, Prudential mengajak perempuan yang berdaya secara finansial untuk lebih melek keuangan. Pelatihan mengelola keuangan ini diikuti pengusaha perempuan di sektor mikro informal, diawali di Bali pada Juli 2011. Pelatihan kemudian berlanjut di Palembang dan Medan pada September, Solo dan Cirebon pada Oktober, berakhir di Jakarta pada 6 Desember 2011 yang diikuti 250 perserta dari Asosiasi Pedagang Kaki Lima DKI Jakarta.

Ketua Asosiasi Pedagang Kaki Lima DKI Jakarta Hoiza Siregar mengatakan khusus di Jakarta, peserta pelatihan pengelolaan keuangan ini kebanyakan adalah pemilik toko kelontong dan sembako dengan pendidikan rendah, bahkan buta huruf, memiliki penghasilan. Pemahaman para perempuan usia 17-45 mengenai cara mengelola keuangan, atau bahkan cara menabung di bank juga masih terbatas.

"Mereka memiliki usaha dan pendapatan namun tak bisa mengelola uang. Melalui pelatihan ini mereka lebih teredukasi, meski memang tak semua perempuan dapat menangkap materi dengan cepat karena faktor pendidikan. Namun setidaknya, setelah pelatihan mereka dapat mengatur pengeluaran lebih baik. Mulai menabung bahkan berasuransi dengan cara yang mereka pahami," jelas Hoiza.

Dengan keterbatasan daya serap, Hoiza berharap, pelatihan seperti ini diadakan dengan waktu yang lebih panjang. Selain itu, orangtua tunggal satu anak ini menginginkan kepedulian pihak bank untuk juga memberikan pelatihan mengenai kebiasaan menabung di bank.

"Para perempuan yang berpenghasilan ini tak punya rekening di bank, dan bahkan merasa takut, tak percaya diri ke bank. Mereka juga tak memahami pelayanan di bank, dan merasa minder saat berhadapan dengan satpam atau teller," Nini menambahkan.

Ke depan, Nini merencanakan mengadakan penilaian kembali terhadap materi pelatihan dan berbagai kebutuhan para perempuan terkait perencanaan keuangan. Jika diperlukan, kerjasama dengan berbagai pihak yang mendukung usaha para perempuan ini juga dapat dilakukan untuk memperkaya program.

"Program ini menggunakan materi yang dibuat pada 2009, untuk beberapa negara seperti China, Vietnam, India. Namun khusus di Indonesia ada beberapa penambahan pada materi. Pada 2011, materi akan direview kembali supaya lebih bermanfaat, tepat guna dan tepat sasaran. Karena kebutuhan para perempuan pedagang ini berbeda," tandas Nini.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions
Next Post Previous Post