Multitasking dalam Mengasuh Anak Picu Stres

VIVAnews - KOSMO
VIVAnews - KOSMO
Multitasking dalam Mengasuh Anak Picu Stres
Dec 1st 2011, 23:45

Jum'at, 2 Desember 2011, 06:45 WIB

Eko Huda S, Febry Abbdinnah

VIVAnews - Sudah bukan rahasia lagi kalau wanita dapat melakukan dua pekerjaan atau lebih dalam waktu yang bersamaan. Tapi tahukah Anda wanita dapat bekerja multitasking lebih dari 40 persen dari waktu mereka. Dalam penelitian American Sociological Review menunjukkan hal itu.

Seperti dilansir Daily Mail, penelitian tersebut juga menegaskan bahwa wanita menghabiskan 48,3 jam per minggu untuk melakukan beberapa hal di waktu yang sama. Sedangkan, pria hanya dapat melakukan pekerjaan multitasking 38,9 jam per minggu.

Namun, hal ini bukanlah sebuah indikasi positif bagi kehidupan wanita. Karena faktanya, bekerja multitasking dapat memicu stres dan kecemasan. "Perbedaan gender dalam multitasking tidak hanya masalah kuantitas tetapi juga kualitas," ujar pemimpin penelitian Shira Offer, Assistant Professor di Department of Sociology and Anthropology pada Universitas Bar-Ilan.

Para peneliti mengatakan bahwa ada perbedaan dalam cara multitasking seorang ibu dan ayah secara emosional. "Ada perbedaan kualitas yang cukup besar dalam pengalaman multitasking antara ibu dan ayah," pungkas Offer.

Menurutnya, pengalaman emosi negatif sangat dirasakan seorang ibu ketika melakukan dua pekerjaan sekaligus. "Ibu kerap merasakan perasaan tertekan dan konflik batin ketika mereka melakukan dua pekerjaan sekaligus baik di rumah maupun di depan umum." Sebaliknya, ia menambahkan, multitasking dalam konteks ini merupakan pengalaman yang positif untuk seorang ayah.

Hal ini dikarenakan, wanita lebih rentan terhadap komentar negatif masyarakat umum yang melihat tidak beresnya pekerjaan mereka. Di ruang publik, kemampuan mereka mengasuh anak dapat dengan mudah dikritik ketika melakukannya sembari melakukan aktivitas lainnya. "Hal inilah yang membuat mereka mudah terserang stres," ujar Offer.

Sedangkan, pria tidak biasa menghadapi tekanan. Meskipun mereka diharapkan untuk turut serta mengasuh anak dan melakukan pekerjaan rumah tangga, tapi anggapan kuat pria sebagai tulang punggung keluarga membuat sedikitnya tekanan masyarakat. "Akibatnya, ayah menghadapi tekanan normatif yang relatif sedikit dibandingkan seorang ibu."

Tercatat, ibu melakukan 35,5 persen pengasuhan anak dari keseluruhan aktivitas multitasking ibu, dan pria hanya 27,9 persen.

"Ketika mereka melakukan multitasking di rumah, ibu cenderung mendahului pekerjaan rumah dibandingkan pekerjaan kantor, berbeda dari pria," paparnya. Seorang ayah pun cenderung melakukan aktivitas yang mudah seperti, bekerja sembari berbicara. (eh)

• VIVAnews

Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.

Kirim Komentar

Anda harus Login untuk mengirimkan komentar
' ); $.ajax({ type: "POST", url: "/comment/load/", data: "valIndex=" + a + "&articleId=" + b + "&defaultValue=" + c, success: function(msg){ $("#loadkomen").html(msg); //$(".balasan").hide(); } }) }

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions
Next Post Previous Post