wanita mengalami nyeri otot (inmagine)
VIVAnews - Pandangan umum menilai pria lebih mudah mengabaikan rasa sakit, sementara wanita lebih sering mengeluh sakit dan tak segan berkonsultasi kepada dokter bila merasa tak sehat.
Namun, berbeda dari pendapat umum tersebut, ilmuwan Spanyol mengungkap, wanita memang gender yang lemah dan paling rentan terhadap penyakit.
Ilmuwan yang dipimpin oleh Davide Malmusi, dari Badan Kesehatan Masyarakat Barcelona, menemukan, wanita melaporkan mengalami gangguan kesehatan lebih sering. Selain itu, wanita juga kerap ditemukan menderita penyakit kronis di level lanjut.
Analisis yang dilakukan di Spanyol menemukan wanita lebih mungkin mengalami nyeri otot kronis, gangguan mental seperti depresi dan arthritis daripada pria.Temuan peneliti yang dimuat dalam European Journal of Public Health mengungkap, "Kesehatan wanita yang lebih rendah menunjukkan beban lebih tinggi akibat penyakit yang mereka derita."
Para peneliti mengamati data Survei Kesehatan Nasional Spanyol pada 2006, termasuk wawancara dengan 29 ribu orang dari berbagai usia untuk menilai kesehatan mereka.
Hasilnya, 38,8 persen wanita mengatakan memiliki kesehatan rendah, dan 25,7 persen mengakui penyakit membatasi aktivitas mereka. Sementara hanya 27 persen pria yang mengatakan merasa sakit dan 19,3 persen melaporkan kondisi kronis. Namun, perbedaan gender menghilang saat pria dan wanita memiliki kondisi yang sama.
Para peneliti menyimpulkan, "Sebuah sistem kesehatan yang responsif terhadap ketidaksetaraan gender dalam akses sumber daya, prstise dan peran sosial harus ditingkatkan dalam upaya menangani gangguan yang paling sering diderita. Bila kurang mendapat perhatian, gangguan ini akan berdampak lebih besar pada kematian," ujarnya seperti dikutip Daily Mail.
Dia menambahkan, "Ada studi yang menunjukkan bahwa perbedaan antara status kesehatan pria dan wanita dapat dijelaskan oleh perbedaan pendapatan dalam rumah tangga atau sumber pendapatan," ujarnya.
Di samping itu, wanita lebih banyak mengalami tekanan mengenai citra tubuh, mereka diharapkan untuk mengurus anak dan orang tua sehingga kebutuhan diri sendiri sering terpinggirkan.
Malmusi mengatakan, kebijakan pemerintah dalam kesejahteraan, pasar tenaga kerja dan perencanaan perkotaan akan berdampak pada kesehatan pria dan wanita.
• VIVAnews
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.
Kirim Komentar
Anda harus Login untuk mengirimkan komentar