Liputan6.com, Jakarta: Penyakit biasanya menyerang kita di musim pancaroba seperti saat ini. Demam, batuk, flu menjadi jenis penyakit yang kerap kita rasakan. Untuk mengobatinya sebagian orang mengonsumsi obat warung. Namun, bagi Anda yang sedang hamil, ada baiknya menghindari penggunaan obat-obatan tersebut tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.
Menurut para ahli, kandungan obat-obatan tersebut bisa memberikan berbagai efek tidak baik bagi Ibu hamil, terutama untuk perkembangan buah hati dalam rahim.
Para ahli menganjurkan para wanita hamil untuk menjaga janin mereka dengan tidak memberikan obat yang tak perlu. Bahkan bila ibu terserang penyakit tersebut, bisa disembukan melalui cara alami. Dengan istirahat yang cukup, minum air putih, dan mengonsumsi makanan yang kaya vitamin, menjadi cara pengobatan lebih aman saat hamil.
Nah, agar para ibu tahu dampak dari obat tersebut, baiknya ikuti ulasan klik dokter tentang kandung zat yang ada pada obat-obatan tersebut.
1. Decongestan. Bila zat ini diminum secara langsung, dapat menyebabkan risiko cacat pada dinding janin anda, terlebih di usia kandungan tiga bulan awal.
2.Herbal. Produk obat flu yang mengandung herbal, belum tentu seratus persen gunakan bahan tersebut. Bahkan tak jarang hanya bahan tambahan agar terkesan sebagai obat herbal. Jenis ini tak pernah ada penelitian yang memberikan bukti reaksinya bagi ibu hamil.
3. Lozenges. Obat flu yang mengandung bahan untuk melegakan pernapasan dan mengurangi sakit tenggorokan baik yang berupa permen, sirup ataupun berupa semprotn langsung ke mulut. Produk ini umumnya juga mengandung zinc dan vitamin C. Namun kenyataannya, ibu hamil hanya diperbolehkan mengkonsumsi vitamin C sebanyak 80-100 mg dan zinc sebanyak 11 mg dalam satu hari.
Kelebihan vitamin C pun tak baik bagi tubuh kita. Ancaman radikal bebas, kerja ginjal yang berat, dan kerusakan lambung yang bisa menimbulkan rasa mulas atau kontraksi, menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kondisi ini. Begitupun dengan kelebihan zinc, itu akan menekan sistem imun tubuh yang bisa meningkatkan risiko penyakit lainnya. (Klikdokter.com/ARI)