8 Syarat agar Pernikahan Langgeng

KOMPASfemale
KOMPASfemale
8 Syarat agar Pernikahan Langgeng
Jan 6th 2012, 12:21

KOMPAS.com - Setiap orang pasti menginginkan pernikahan yang sekali seumur hidup. Di awal-awal pernikahan mungkin kebahagiaan akan lebih mudah tercipta. Namun, bagaimana dengan kondisi pernikahan Anda setelah beberapa tahun?

Polling yang dilakukan A Woman's Day dan AOL Living menemukan bahwa sekitar 72 persen perempuan ternyata mempertimbangkan untuk meninggalkan suami pada suatu titik dalam kehidupannya. Meski demikian, sekitar 71 persen perempuan masih berharap untuk menghabiskan sisa hidup mereka bersama pasangan. Bila ingin menjaga hubungan pernikahan tetap langgeng, pastikan Anda melakukan beberapa hal berikut.

1. Perhatikan lingkar pinggang Anda Setelah menikah banyak orang justru bersantai dan menghilangkan kebiasaan berolahraga. Dalam sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2007 dan diterbitkan dalam New England Journal of Medicine, terungkap bahwa perempuan memiliki peluang sebesar 37 persen untuk menjadi gemuk jika pasangannya menjadi gemuk. Penelitian lain mengungkapkan, makan bersama-sama dengan pasangan, rekan kerja, atau teman-teman, bisa membuat Anda mengonsumsi makanan 33 persen lebih banyak dibanding jika Anda makan seorang diri. Jadi, jika Anda menginginkan sebuah pernikahan yang langgeng, sebaiknya perhatikan bentuk tubuh Anda.

2. Buatlah rencana keuangan Hampir 40 persen orang yang sudah menikah mengaku pernah berbohong pada pasangannya tentang keuangan. Menurut sebuah survei yang dilakukan pada tahun 2004, masalah keuangan bisa membuat pernikahan Anda berakhir. Untuk menghindari hal ini, sebaiknya Anda dan pasangan membahas dan menyepakati beberapa aturan dalam pengelolaan keuangan. Jangan khawatir jika Anda adalah seorang pemboros dan pasangan Anda seorang penghemat. "Perencanaan sejak awal akan membuat adanya kesamaan persepsi dan pandangan tentang pengaturan uang," ungkap Ken Robbins, MD, profesor klinis bidang psikiatri dari University of Wisconsin-Madison.

3. Buatlah aturan dalam rumah Pasangan menikah menghabiskan waktu antara 5 sampai 10 tahun pertama dalam pernikahan mereka untuk menemukan aturan dalam rumah tangga. "Orang sering tidak menyadari bahwa ketika menikah seharusnya mereka sudah menetapkan bagaimana aturan keluarga mereka nantinya. Seringkali mereka bertengkar karena adanya perbedaan aturan yang diterapkan dalam rumah tangga," ungkap Dr Robbins.

Anda dan pasangan Anda mungkin memiliki ide yang berbeda tentang bagaimana merawat anak-anak. Misalnya, siapa yang mengasuh anak ketika Anda bekerja? Apakah penting bagi Anda untuk makan malam bersama setiap harinya?

4. Buatlah seks sebagai prioritas "Meskipun Anda harus membuat seks menjadi prioritas Anda, tapi tak usah mencatatnya dalam jadwal. Jika Anda menjadwalkan seks, hal ini akan membuat seks menjadi sebuah tanggung jawab yang harus diselesaikan dan wajib," ungkap Andrew Goldstein, MD, dokter kandungan dan kebidanan dari Johns Hopkins School of Medicine di Baltimore.

Pasangan menikah rata-rata melakukan seks sekitar 58 kali per tahun, atau sekitar sekali seminggu. Dalam studi yang dilakukan selama delapan tahun terakhir, ditemukan bahwa 90 persen pasangan mengalami penurunan kepuasan bercinta setelah kelahiran anak pertama. Sebenarnya, tidak peduli seberapa sering Anda berhubungan seks asalkan Anda berdua bahagia. Studi pada tahun 2008 menemukan bahwa pasangan yang melakukan hal-hal kecil seperti bergandengan tangan menunjukkan hormon stres yang lebih rendah dibanding dengan yang tidak melakukannya.

5. Fleksibel Meskipun Anda sudah mengatur rencana keuangan rumah tangga, tetaplah bersikap fleksibel terutama jika Anda menikah di usia 20 atau 30-an. Kemungkinan Anda akan mengubah beberapa kebijakan keuangan pada beberapa titik dalam pernikahan Anda. Ketika salah satu dari Anda tidak lagi bekerja, misalnya, pasti akan ada beberapa perubahan keuangan dalam rumah tangga.

Anda juga perlu bersikap fleksibel dengan berbagai aturan dalam rumah tangga, misalnya untuk mengurus anak, atau urusan rumah tangga lainnya. "Setiap orang memiliki peran dalam hubungan, dan selama hal ini terjalin baik maka tidak akan ada masalah dengan bagianku dan bagianmu, yang ada adalah bagian kita," ungkap Goldstein.

6. Curhat kepada teman Masalah dalam rumah tangga yang diikuti dengan perceraian selama ini dianggap sebagai aib. Namun ketimbang menutup rapat permasalahan rumah tangga, tak ada salahnya sedikit curhat kepada sahabat Anda. "Sangat membantu untuk bercerita kepada teman tentang masalah yang Anda hadapi. Paling tidak hal ini bisa meringankan beban Anda. Bukan tak mungkin Anda bisa mendapat keuntungan atau solusi dari mereka," tukas Dr Robbins. Meski begitu, berhati-hatilah saat melakukannya. Pilih teman yang betul-betul dapat dipercaya, dan tidak perlu menceritakan semua hal kepada teman Anda. Sesekali luangkan waktu Anda bersama teman-teman untuk sekadar merelaksasikan pikiran.

7. Temukan kembali kehangatan dengan pasangan Kehangatan pasangan biasanya memudar seiring dengan kehadiran anak. Waktu Anda akan mulai tersita untuk merawat mereka. Namun tak ada salahnya jika sesekali Anda "melupakan" anak-anak. Ketika memiliki sedikit waktu untuk meninggalkan anak-anak, gunakan kebebasan Anda untuk membengkokkan sedikit aturan dan kebiasaan Anda dan pasangan, untuk menemukan kembali apa yang Anda sukai satu sama lain.

8. Kerjasama pasangan Sangat penting bagi para pasangan untuk bekerjasama satu sama lain, dan saling meminta bantuan ketika membutuhkannya. Sadarilah bahwa Anda berdua memiliki keterbatasan, sehingga bantuan dari pihak lain akan sangat dibutuhkan.

Sumber: FOX NEWS

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions
Next Post Previous Post