Di zaman komunikasi instan seperti sekarang, sudah biasa terjadi jika jemari kita "spontan" men-tweet padahal otak kita masih netral.
KapanLagi.com - Survei terbaru menyebutkan bahwa seperempat dari kita menyesali postingnya di jejaring sosial. Penyesalan itu kebanyakan karena posting yang tak pantas atau menyebabkan orang lain marah.
Survei tersebut dilakukan terhadap 2.000 orang dan 40 persen dari mereka menggunakan Twitter serta Facebook untuk mengutarakan hal yang sedang mereka senangi. Hampir setengahnya yakin bahwa postingan mereka membawa perubahan. Tapi, lebih dari seperempat mengaku bahwa postingan mereka itu tak akan mereka katakan jika berhadapan dengan orang yang jadi sasaran posting. Sepertiga dari responden juga mengaku pernah melihat atau menjadi korban "online bullying" (premanisme di internet).
Menurut Profesor Robin Dunbar dari Magdalen College, Oxford, yang menganalisa temuan tersebut, jejaring sosial sudah membawa hal positif, antara lain orang bisa mengutarakan hal-hal yang sedang mereka senangi. Tapi juga penting untuk diingat, komunikasi tatap muka memberikan kita keterampilan sosial untuk menjalani kehidupan di dunia yang rumit ini.
"Temuan kami menunjukkan bahwa lewat jejaring sosial, orang lebih gampang mengutarakan sesuatu yang kemudian mereka sesali. Di lingkungan digital, kita tidak bisa mendapatkan respon seketika seperti jika melakukan interaksi tatap muka. Akibatnya, orang kadang men-tweet dengan tidak hati-hati, sembarangan, atau yang terburuk adalah melakukan premanisme internet, demikian jelas Prof. Dunbar. (ant/miw)