Kamis, 19 Januari 2012 | 03:02 WIB
TEMPO.CO:- Nasib pahit menghadang kalangan penderita kencing manis alias diabetes melitus. Mereka terancam mengalami komplikasi serius, seperti kanker, penyakit jantung dan pembuluh darah, serta gagal ginjal terminal.
Kabar tak sedap itu dilansir Dr Francis C.C. Chow, Head of Division of Endocrinology and Diabetes, Prince of Wales Hospital-The Chinese University of Hong Kong, kepada wartawan di Hotel Conrad Hong Kong, Jumat pekan lalu. Ia mengungkap hal itu berkaitan dengan hajatan Asia Cardiocare Summit di Hong Kong pada 14-15 Januari lalu.
"Satu dari empat pasien diabetes akan mengalami komplikasi serius dalam lima tahun, setelah mereka mengidap penyakit ini," kata Chow. Pernyataan itu didasarkan pada penelitian terhadap 6.839 diabetesi (pengidap diabetes) di Hong Kong selama sepuluh tahun. Hasilnya, 5,1 persen pasien mengalami kanker, 12,25 persen tersambar penyakit jantung dan pembuluh darah, termasuk stroke, serta 6,57 persen mengidap gagal ginjal terminal.
Diabetes melitus adalah penyakit yang terjadi karena kekurangan insulin sehingga glukosa tak dapat diolah oleh tubuh (diabetes tipe 2). Buntutnya, kadar glukosa dalam darah meninggi. Diagnosis diabetes dipastikan jika kadar glukosa darah sewaktu mencapai 200 miligram per desiliter atau lebih, atau glukosa darah puasa 126 miligram per desiliter atau lebih dalam dua kali pemeriksaan pada saat yang berbeda.
Di Asia, termasuk Indonesia, ada kecenderungan jumlah pengidap penyakit ini terus meningkat. Di Jakarta, sekadar contoh, diperkirakan satu dari delapan warganya mengidap penyakit ini.
Hal itu berdasarkan riset populasi yang dilakukan oleh Divisi Endokrin dan Metabolik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada 2006. Riset membuktikan 25,4 persen responden mengalami prediabetes dan 12,8 persen sudah mengalami diabetes. "Angkanya sekarang mungkin lebih dari itu," kata Dante Saksono Harbuwono, dokter spesialis endokrinologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RSCM.
Dalam ranah medis, diabetes adalah faktor terbesar pemicu terjadinya penyakit kardiovaskuler, salah satunya adalah jantung koroner, yang kerap berujung pada kematian. Penelitian pada 2006, seperti dimuat Current Clinical Pharmacology, menunjukkan 70-80 persen pasien kardiovaskuler yang meninggal adalah diabetesi.
Untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat penyakit kardiovaskular, Chow melanjutkan, semua pihak harus proaktif menekan faktor risiko munculnya penyakit ini. Faktor risiko itu banyak disumbang oleh kebiasaan hidup tak sehat, seperti banyak mengkonsumsi makanan berlemak, merokok, dan kurang olahraga. Penyakit kardiovaskular juga banyak dipicu oleh kondisi tubuh yang tak biasa, seperti diabetes, kolesterol tinggi, dan tekanan darah tinggi.
"Mengubah gaya hidup adalah salah satu kunci," kata Chow. Kunci lain agar tak tersambar penyakit kardiovaskular adalah mengidentifikasi secara lebih dini faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan penyakit ini, seperti kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, dan diabetes. Jika sudah telanjur terkena, terapi intensif perlu dilakukan agar kondisi tak normal itu tak berkelanjutan.
Menurut Profesor David Waters, Kepala Kardiologi Rumah Sakit San Francisco, Amerika Serikat, pengobatan dengan statin merupakan salah satu terapi yang efektif untuk mengontrol ketidaknormalan itu. Tak hanya berkhasiat menurunkan kolesterol, obat ini juga bermanfaat menurunkan tekanan darah.
Penelitian menunjukkan terapi statin mengurangi risiko kematian akibat penyakit jantung hingga 36 persen, dan stroke 26 persen, di kalangan pengidap darah tinggi. Penelitian yang lain menyebutkan statin mengurangi risiko terjadinya serangan jantung hingga 37 persen dan stroke 48 persen di kalangan diabetesi. "Sejumlah uji klinis, termasuk yang belakangan dilakukan, semakin membuktikan khasiat statin," katanya.
l DWI WIYANA