KOMPAS.com - Dalam obrolan kecil di suatu kafe muncul pertanyaan menarik, mengapa ada profesi yang rentan dicemburui pasangan, dan ada juga yang tidak. "Coba bandingkan, rumah tangga guru biasanya lebih adem ayem dibanding artis. Apa ini ada hubungannya dengan profesi?"
Tentu terlalu menyederhanakan persoalan memang kalau jawabannya "ya". Sebab kadar cemburu masing-masing individu tentu tidaklah sama. Namun ternyata beberapa profesi lebih berpeluang memunculkan kecemburuan pasangan. Profesi apa sajakah itu? Berikut di antaranya:
1. Crew penerbangan Mobilitas tinggi yang menjadi tuntutan dalam profesi ini mau tidak mau membuka peluang munculnya kabar miring seputar profesi crew penerbangan. Pilot atau pramugari diharuskan meninggalkan rumah selama berhari-hari saat menjalankan tugas. Jauh dan lamanya masa tugas akhirnya membuat sebagian pasangan jadi gampang terpancing cemburu.
2. Artis/pemain peran Artis atau pemain peran mendapat suara terbanyak sebagai profesi yang paling rentan memancing kecemburuan pasangan. Persoalannya sederhana saja, profesi ini paling banyak terekspos, apa pun yang terjadi di dalamnya orang segera tahu. Dalam tuntutan peran profesi ini pun mengharuskan seseorang berperan seolah-olah ia adalah pasangan suami-istri, sedang dimabuk cinta, dan seterusnya, dengan lawan mainnya. Makin terlihat sungguh-sungguh aktingnya, makin dinilai bagus. Faktor inilah yang kemudian memberi peluang pada pasangan untuk cemburu. Kedekatan dengan lawan main pun menjadi pisau bermata dua. Di satu sisi akan membuat penonton makin terhanyut dengan adegan-adegan yang dimainkan, di lain pihak bukan tak mungkin si pelakonnya akan terjebak cinta lokasi.
3. Model Profesi model pada prinsipnya tak jauh beda dengan profesi artis atau pemain peran. Yang perlu ditambahkan, profesi ini menuntut seseorang memiliki bentuk fisik yang sempurna. Model pria harus gagah dan model wanita harus tinggi semampai, serta berparas cantik menarik. Bila tidak ada landasan kepercayaan yang kuat dalam rumah tangga, bukan tak mungkin pasangan akan gampang cemburu karena dalam pekerjaannya sehari-hari suami atau istri selalu dikelilingi pria dan wanita cantik.
4. Pekerja malam Pasangan suami-istri yang bekerja di dunia malam seperti DJ, lighting girl, bartender, dan sebagainya, rentan dicemburui pasangan. Bagaimanapun jam kerja yang tak lazim, berangkat malam pulang subuh, gampang mengundang pandangan negatif orang lain. Apalagi dunia malam identik dengan waktu untuk bersenang-senang. Bila relasi suami-istri rapuh sangat mungkin tergelincir pada pilihan yang salah.
5. Marketing Pergaulan luas yang menjadi modal tenaga pemasaran bisa menjadi bumerang karena memancing kecemburuan pasangan. Membina relasi sebanyak mungkin adalah "nyawa" profesi ini. Dalam pergaulan tentu saja pelakunya akan bertemu dengan bermacam-macam karakter manusia. Di antaranya mereka yang genit, playboy, suka menggoda, dan sejenisnya. Kalau semuanya ditanggapi dengan serius, tentu pernikahan akan berada di ujung tanduk. Akan tetapi kalau bisa disikapi dengan bijak berlandaskan saling percaya dan kejujuran untuk tidak berkhianat, tentu semuanya akan baik-baik saja.
6. Wartawan/fotografer Hampir sama dengan pemasaran, profesi wartawan atau fotografer juga mengharuskan seseorang banyak berkawan. Satu-dua relasi atau narasumber mungkin saja membuat pasangan cemburu karena dinilai terlalu akrab, berlebihan, dan sebagainya. Belum lagi jam kerja wartawan yang kadang tak tentu karena harus menepati tenggat waktu, serta tuntutan penugasan ke luar kota atau ke luar negeri selama berhari-hari. Tanpa kesepakatan dan kedewasaan berpikir dari awal, tentu semuanya akan menjadi sulit.
Meski profesi pasangan Anda termasuk yang tertulis di atas, tak perlu cemas. Kedewasaan dalam bersikap dan berpikir akan menuntun Anda memilih sikap yang tepat manakala cemburu datang menyerang. Toh banyak juga pasangan dengan profesi aman yang ternyata rumah tangganya juga digoyang api cemburu secara berlebihan. Anda sendirilah yang bisa menakar, seberapa besar kadar cemburu yang pas supaya hubungan Anda dengan pasangan tetap indah. Ah, tapi bukankah cemburu pertanda cinta?
(Marfuah Panji Astuti)