KOMPAS.com - Terinspirasi dari kegemaran kaum hawa berbelanja dan mengoleksi aksesori, Evi Listiani menciptakan kreasi dompet multifungsi. Kini, sambil bekerja di rumah, ia bisa meraup omzet belasan juta per bulan.
Dulunya Evi, begitu nama panggilannya, bekerja di salah satu bank milik perusahaan Jepang. Ia berkarya di sana selama kurang lebih 3,5 tahun. Setelah menikah dan dikaruniai anak, Evi memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya. Namun, karena sudah terbiasa bekerja, wanita aktif ini merasa bosan jika tidak melakukan aktivitas, selain mengurus rumah tangga. Rasa bosan inilah yang mendorongnya untuk mulai mencan alternatif kegiatan.
Sempat tidak pede Kebetulan Evi memiliki teman-teman yang bergelut di usaha kerajinan tangan. Melihat mereka, ia jadi ingin menghasilkan sesuatu juga. Sebagai awal, iseng-iseng Evi mengikuti kursus merangkai bunga. Namun ia merasa mandek dan cepat bosan. Sempat terpikir di benaknya untuk membuka usaha online dengan menjual baju bayi. Tapi melihat sudah banyak orang yang menjual produk bayi secara online, Evi pun mengurungkan niat.
Lalu ia mulai mencari alternatif lain. Karena hobi mengoleksi tas dan dompet kosmetik, akhimya wanita kelahiran Solo, 23 Oktober 1980 ini berencana membuat dompet kosmetik. "Kebanyakan dompet sejenis warnanya monoton. Saya ingin berinovasi dengan warna-warna cerah," ujarnya.
Evi mengaku tidak punya keterampilan menjahit. Namun ia tidak patah semangat. Desain produk dan bahan dibawanya ke penjahit. "Penjahit tersebut saya arahkan sesuai dengan keinginan saya. Akhirnya beberapa contoh pun jadi," ujar ibu dari Muhammad Hafizh Yanuarso (4 tahun) dan Muhammad Zaidan Oktaviano (1,5 tahun) ini.
Namun setelah produk dompet sudah di tangan, Evi malah minder. "Saya ragu, ada yang mau beli tidak ya? Apa mungkin orang suka dengan kreasi saya? Untunglah keluarga dan teman-teman mendukung dan membangkitkan kepercayaan diri saya," tutur wanita yang memulai usaha dengan modal awal Rp 4 juta untuk membeli bahan dan material.
Ikut bazar Melalui saran seorang teman, Evi akhirnya membuat blog untuk memamerkan produk-produk dompet kosmetik yang dilabeli dengan nama Berries ini. Selain melalui blog, Evi juga membuka akun Facebook untuk ajang promosi. Penjualan tidak hanya gencar dilakukan secara online, tapi juga secara langsung. Selain itu, Evi juga getol ikut acara bazar. Hasil penjualannya memang tidak sebanyak online, namun dari ajang seperti itulah banyak orang bisa mengenal langsung produk dompet yang dijualnya.
"Kalau melalui online pembeli tidak bisa melihat dan memegang langsung produk saya. Untuk itu, saya merasa tetap perlu mengikuti pameran atau bazar agar dompet yang kita buat juga dapat dikenal wujudnya," tutur Evi, yang menjual dompet kosmetiknya dengan harga Rp 60.000.
Target konsumen Evi adalah perempuan. Oleh karenanya, ia lebih banyak mengembangkan produk aksesori yang dibutuhkan, dan dekat dengan perempuan. Selain itu, variasi dan model dari pernak-pernik kaum hawa lebih banyak ketimbang laki-laki. "Saya pun bisa berinovasi. Macam-macam. Selain itu, perempuan lebih hobi belanja ketimbang laki-laki," celetuk sarjana ilmu Hubungan Intemasional, Universitas Parahyangan, Bandung, Jawa Barat ini.
Dompet kosmetik yang dilengkapi cermin merupakan produk Berries yang paling laku. Evi menyebutnya dengan dompet multifangsi karena selain menyimpan kosmetik, dompet ini juga bisa memuat pernak-pernik mungil lain, seperti perhiasan dan parfum. Untuk jenis dompet ini, Evi membuat empat macam ukuran dengan kisaran harga Rp 65.000 - 85.000. Produk lain yang tidak kalah laris adalah travelling cosmetic bag. Produk ini khusus dibuat untuk wanita yang sering bepergian. Selain multifungsi, dompet kosmetik ini bisa dibongkar-pasang sehingga dapat digunakan sebagai dompet kosmetik sehari-hari.
Berbagai wadah aksesori untuk perempuan, seperti dompet untuk kuas make up, dompet ponsel, tas wanita, serta tas anak dan bayi, juga tersedia. Harga produk yang dijual berkisar antara Rp 45.000 - 375.000. Inovasi ini dibuat berdasarkan masukan dari pembeli. Selain itu, Evi juga sering mendapat inspirasi dari majalah, internet, dan produk-produk fashion yang sedang tren saat ini.
Padupadankan bahan Sebagai produsen, Evi sangat mementingkan kepuasan pelanggan. Pernah ada pelanggan yang protes karena barang yang dipesannya cacat saat tiba di tempat. Padahal saat dikirim kondisi barang masih bagus. Menurut Evi ini adalah salah satu risiko dalam berbisnis. "Bisa jadi di perjalanan barang tersebut tertumpuk benda lain atau jatuh," ujarnya. Dalam kondisi seperti ini, Evi tidak akan diam saja. la memberikan kompensasi dengan mengirimkan hadiah berupa dompet atau aksesori lain pada si klien yang kecewa tersebut.
Evi juga memperlakukan pelanggan seperti teman. Awalnya, ia hanya memberi info produk terbaru melalui pesan instan. Lama-kelamaan, ia bisa asyik mengobrol dengan pelanggannya. Bahkan ada pelanggan yang terinpirasi dengan bisnis Evi dan membuat kreasi serupa. "Buat saya itu bukan ancaman. Justru saya senang bisa menginspirasi orang lain untuk punya usaha," tuturnya.
Evi mengaku tidak mau mengejar target berlebihan dalam memproduksi barang. Menurut Evi, jika membuat barang sebanyak-banyaknya, kualitas produk bisa terganggu. "Makanya saya hanya menjual barang ready stock (barang jadi), bukan barang pesanan khusus. Jadi, produksinya juga tidak dikejar-kejar si pemesan," tuturnya.
Walaupun bisa dibilang produk rumahan, Evi bisa menghasilkan omzet yang sangat lumayan. Dalam satu bulan ia mampu memproduksi sekitar 100 produk dengan omzet mencapai Rp 13 juta per bulan. Sekarang ia juga melebarkan sayap dengan membuka peluang bagi para reseller atau orang-orang yang ingin menjualkan produknya. "Saya benar-benar tidak menyangka bisa mencapai titik ini. Apalagi kalau mengingat awalnya hanya coba-coba dan sempat tidak pede pula. Mudah-mudahan saya bisa terus bertahan di bisnis ini," tutur Evi menutup percakapan.
Berries Telepon: 0812 1946532 Email: listiani evi@yahoo.com Situs: www.berriesbooth.com
(Ira Nursita)
Sumber: Majalah Sekar