Bayi yang lahir melalui caesar rentan alami gangguan otak dan pernapasan (inmagine)
VIVAnews - Demi menghindari rasa sakit atau ingin memilih tanggal tertentu sebagai waktu kelahiran buah hati, banyak para orang tua langsung memilih bedah caesar untuk melahirkan anak. Para dokter juga kerap menganggap caesar sebagai pilihan terbaik bagi kelahiran bayi prematur.
Namun, studi baru menunjukkan bahwa kelahiran caesar tidak lebih aman daripada persalinan normal bagi bayi yang masih rapuh, terlalu kecil atau lahir terlalu cepat daripada usia normal mereka. Bahkan studi menunjukkan caesar meningkatkan risiko pernapasan dan komplikasi pada bayi.
Pemimpin penulis studi tersebut, Dr Erika Werner, asisten profesor ginekologi dan kebidanan di Johns Hopkins School of Medicine mengungkap dokter harus mempertimbangkan kembali proses kelahiran. “Anda tidak boleh mengasumsikan tidak ada kerugian bayi yang lahir lewat caesar,” kata Werner seperti dikutip dari Today Health.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menemukan, angka bedah caesar meningkat 37 persen dalam rentang tahun 2000 hingga 2007. Dan, wanita berusia 25 tahun ke bawah yang menjalani bedah caesar tercatat paling tinggi, 57 persen.
Dr Nancy Snyderman, pemimpin redaksi medis NBC mengungkap, proses bayi tabung atau kelahiran kembar menjadi alasan sebagian orang tua untuk menjalani caesar bagi kelahiran buah hati. Sebagian lainnya ingin memiliki anak sesuai tanggal yang diinginkan dan lainnya takut melahirkan normal.
Pada 2009, sebanyak 45,6 persen bayi dilahirkan belum cukup minggu dibandingkan 35,1 persen yang lahir pada usia 37-38 minggu. Studi terhadap 2.560 bayi prematur yang lahir antara 1995 dan 2003 di New York, 54 persen diantaranya dilahirkan secara caesar.
Peneliti menemukan, bayi yang lahir secara normal mengalami risiko subdural, kejang, atau sepsis lebih rendah dibandingkan bayi yang lahir dengan proses caesar. Bayi caesar juga 30 persen lebih mungkin mengembangkan gangguan pernapasan. “Ini juga mungkin akan berdampak pada kesehatan jangka panjang bayi seperti asma,” ucap Synderman.
Di minggu-minggu terakhir, katanya, paru-paru dan otak bayi berkembang pesat. Sehingga, kemungkinan gangguan pernapasan atau otak seperti cerebral palsy, kesulitan belajar akan semakin parah jika bayi lahir sebelum waktunya.
Werner menyarankan dalam kondisi yang tidak membahayakan bayi dan ibu, sebaiknya anak dilahirkan dengan proses normal dalam usia 37-38 minggu. “Bila lebih dari 40 minggu, lebih baik segera mengeluarkan bayi dengan C-section. Tetapi jangan karena tidak ingin merasa sakit memilih caesar.”
Laporan dipresentasikan pada pertemuan tahunan Society for Maternal-Fetal Medicine. (hp).
• VIVAnews
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.
Kirim Komentar
Anda harus Login untuk mengirimkan komentar