KOMPAS.com – Perempuan sering menjadi pembuat keputusan di rumah, termasuk dalam hal keuangan. Bagaimana mengelola uang gaji agar dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, menjadi tanggung jawab rata-rata kaum perempuan.
Itu sebabnya, perempuan menjadi target utama perusahaan-perusahaan peminjaman harian yang kini tumbuh pesat di penjuru Inggris. Perusahaan-perusahaan ini menawarkan dana tunai dengan tingkat bunga yang sangat tinggi.
Sangat mudah membujuk kaum perempuan untuk melakukan pinjaman. Perusahaan-perusahaan pinjaman seperti Wonga dan Quickquid memasang jutaan iklan dalam tayangan yang paling banyak menyedot kaum perempuan, seperti serial Glee dan Friends. Perusahaan lain membangun situs yang memasang target kaum perempuan, dengan bahasa marketing yang menyatakan bahwa berutang itu “dapat diterima secara sosial”. Pinjaman untuk “makan siang” ini memungkinkan nasabah untuk meminjam dana hingga 1.500 poundsterling (sekitar Rp 21 juta) dalam hitungan menit, tanpa investigasi.
Penawaran semacam ini makin lama terasa makin mengkhawatirkan. Anggota parlemen dan tokoh yang aktif menyerukan antiutang, Stella Creasy, mengeluhkan kaum perempuan yang menjadi korban dari perusahaan-perusahaan ini.
“Karena mereka bekerja dan memiliki penghasilan tetap, mereka mampu membayarkan kembali sedikitnya beberapa dari pinjaman tersebut. Namun jika mereka tak mampu membayar, mereka akan menghasilkan uang bagi perusahaan tersebut melalui pembayaran pinalti dan perpanjangannya,” katanya.
Perusahaan akuntansi RSM Tenon bahkan melaporkan, tahun lalu sebanyak 49 persen dari seluruh utang yang tak terbayar datang dari kaum perempuan yang tak mampu melunasi utangnya. Creasy sendiri menghimbau pemerintah untuk mengetatkan peraturan pinjaman pada perusahaan-perusahaan ini, memastikan tingkat bunga dibatasi, dan menyerukan bentuk yang lebih murah dari pinjaman untuk mereka yang secara finansial memang sangat membutuhkan.
Sumber: Marie Claire