shutterstock
TERKAIT:
- Kalau Ibu Kesulitan "Bonding" dengan Bayi
- Makanan Tepat, Mood pun Enak
- 5 Hal yang Memicu "Baby Blues"
Kompas.com - Bahagia tapi juga cemas menyambut datangnya kehamilan. Begitulah yang sering dialami para ibu hamil. Fluktuasi emosi tersebut adalah hal yang normal, tetapi harus diatasi agar tidak berkembang menjadi depresi.
Secara umum kondisi psikologis ibu hamil terdiri dari rasa cemas, bahagia, tapi juga depresi. "Biasanya timbul rasa cemas akan kesehatan janin, cemas oleh mitos-mitos seputar kehamilan, juga cemas akan proses persalinan," kata psikolog Anna Surti Ariani, dalam sebuah acara yang diadakan oleh Frisian Flag Mama di Jakarta beberapa waktu lalu.
Meski begitu calon ibu biasanya juga mengalami perasaan bahagia karena menjadi wanita yang utuh dan mendapatkan berbagai keistimewaan dari lingkungannya.
Perasaan cemas yang dialami tersebut bisa berkembang menjadi rasa depresi. "Bila tidak diatasi, depresi ini akan berlanjut sampai setelah melahirkan atau yang disebut dengan baby blues syndrome atau post partum depresion," kata psikolog yang akrab disapa Nina itu.
Bagaimana mengatasinya? Di sinilah pentingnya peran suami dan orang di sekitar ibu hamil. "Suami bisa mengurangi kecemasan ibu hamil dengan membantu mencari informasi seputar kehamilan. Selain itu tetaplah menjadi suami siaga selama kehamilan," imbuhnya.
Untuk menjadi suami siaga yang baik, yang perlu dilakukan adalah mendengarkan keluhan istri dan mengucapkan kata-kata penghiburan. "Banyak-banyaklah memeluk, membelai, atau menemani istri," katanya.
Supaya suami bisa memahami kebutuhan istri, sebaiknya istri tidak diam saja tapi juga mengungkapkan secara jelas dan terbuka apa yang menjadi keinginannya. Berikan juga kesempatan pada suami untuk terlibat.
"Jangan lupa bukan hanya istri yang cemas akan masa kehamilan ini, tapi juga calon ayah," katanya.
Komunikasi yang terjalin baik bisa membantu meredakan kecemasan sehingga emosi ibu hamil lebih stabil dan bisa menjalani kehamilannya dengan bahagia.