KOMPAS.com - Obat yang sama untuk pasien diabetes melitus belum tentu memberi hasil dan kesembuhan yang sama pula bagi pasien yang lain. Untuk menyembuhkan pasien diabetes, dokter perlu melihat kasus per kasus sehingga tidak bisa sama pengobatannya.
Ahli Endokrinologi dan Ketua Perkumpulan Ahli Endokrinologi Indonesia (Perkeni), Prof. Ahmad Rudijanto, Sp.PD-KEMD mengatakan pengobatan diabetes tidak sesederhana hanya dengan diet ketat, olahraga rutin, pemberian obat dan insulin. Menurutnya, kebutuhan obat tiap pasien diabetes berbeda sehingga perawatannya pun beda.
"Pasien diabetes yang gemuk obatnya beda dengan pasien kurus. Belum lagi pasien diabetes yang datang dengan komplikasi penyakit itu obatnya beda lagi," ujarnya saat ditemui dalam acara sosialisasi kemitraan dalam pengendalian Diabetes Melitus di Indonesia, di Jakarta, Rabu (19/8/2012).
Selain pemberian obat yang berbeda, menurut Rudijanto, tanggapan atau reaksi pasien yang diberi obat berbeda-beda. Ada pasien dengan tingkat sensitivitas tinggi sehingga berpengaruh pada pemberian dosis obat. Kerusakan pankreas sebagai penghasil insulin pada pasien diabetes memiliki derajat yang berbeda-beda.
"Pemahaman masyarakat juga belum memadai. Seolah-olah kalau sudah diberi obat maka penyakit diabetesnya sembuh. Padahal tidak seperti itu. Setelah minum obat, pasien harus mengatur diet dan olahraga. Jadi, tidak bisa menyamaratakan satu treatment pengobatan untuk semua pasien," ujarnya.
Oleh karena itu, dokter dan tenaga kesehatan telah diberi penatalaksanaan dan petunjuk praktis penanganan penyakit diabetes melitus. Ketika satu perawatan dan pengobatan tidak berhasil, maka akan dicari cara paling tepat yang disesuaikan kondisi pasien.