Kompas.com - Anak-anak membutuhkan pola makan yang sehat untuk mendukung tumbuh kembangnya. Pada anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif, disebutkan bahwa pola makan berpengaruh besar pada perilaku mereka.
Salah satu mitos yang berkembang adalah makanan yang mengandung gula akan menyebabkan anak menjadi bertambah hiperaktif.
Menurut Dr.Tjin Wiguna, SpKJ, psikiter anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pada dasarnya belum ada penelitian yang konsisten menyebutkan bahwa konsumsi gula akan membuat anak lebih hiperaktif.
"Pendapat tersebut mungkin disebabkan karena konsumsi gula menyebabkan jumlah kalori berlebihan sehingga anak memerlukan kalori ekses yang dikeluarkan lewat berkegiatan. Kebutuhan gerak yang meningkat itu bisa membuat anak menjadi lebih aktif," katanya.
Pendapat yang menyebutkan makanan mempengaruhi perilaku mulai populer di tahun 1970-an ketika ahli alergi Benjamin Feingold, menyebutkan bahwa pola makan anak ADHD sebaiknya bebas dari zat perasa dan pewarna. Meski tidak disebut gula tetapi para orangtua menganggap gula termasuk.
Pada tahun 1979 sebuah penelitian di jurnal Food and Cosmetics Toxicology mengungkapkan anak yang hiperaktif dan diberikan tes toleransi glukosa menunjukkan adanya reaksi hipoglikemi atau gula darah rendah.
Berbagai penelitian terus dilakukan untuk menunjukkan kaitan antara gula dengan perilaku anak. Penelitian tahun 1995 dalam Journal of the American Medical Association menyatakan bahwa gula bukan faktor tunggal yang memepengaruhi perilaku anak.
Sebagai orangtua, pengamatan terhadap perilaku anak sangat penting. Bila ada reaksi tertentu pada perilaku anak akibat makanan yang diberikan sebaiknya orangtua berkonsultasi kepada dokter. Berpantang sekelompok jenis makanan sebenarnya bisa berdampak buruk bagi terpenuhinya kebutuhan nutrisi anak.