Kompas.com - Membekukan sel telur manusia untuk kemudian dipakai dalam terapi kehamilan selama ini masih digolongkan sebagai sebuah eksprerimen. Tapi sebentar lagi terapi itu akan dianggap sebagai alternatif baru.
The American Society for Reproductive Medicine yang terdiri dari para dokter bidang kesuburan menyebutkan, seorang wanita muda memiliki peluang kehamilan yang besar jika mereka menggunakan sel telur beku atau yang sudah dicairkan. Peluang kehamilannya hampir setara dengan penggunaan sel telur segar.
Panduan ini diharapkan bisa membantu pasien kanker yang ingin melestarikan kesuburannya sementara mereka menjalankan terapi pengobatan kanker.
Meski begitu tetap ada kekhawatiran kemajuan teknologi sel telur beku ini justru dipakai oleh para wanita dewasa yang ingin menyimpan sel telurnya karena belum bertemu dengan jodoh yang tepat.
Apalagi sejauh ini belum dikeluarkan panduan pasti mengenai siapa kandidat yang paling tepat untuk melakukan penyimpanan sel telur.
"Wanita yang tertarik dengan teknologi ini adalah mereka yang berusia akhir 30-an tahun atau awal 40 tahun," kata Dr.Samantha Pfeifer dari Universitas Pennsylvania, ketua perhimpunan.
Ia menjelaskan, siapa pun yang berminat membekukan sel telurnya harus melakukan konseling mengenai peluang keberhasilan jika kelak mereka akan menggunakan sel telur tersebut dalam terapi bayi tabung.
Pembekuan sel telur atau dalam istilah medis disebut oocyte cryopreservation saat ini sudah bisa dilakukan di berbagai rumah sakit dan klinik, termasuk di Indonesia.
Meski begitu pembekuan sel telur lebih rumit dan sulit dibanding membekukan sel sperma atau embrio. Hal itu karena sel telur mengandung banyak air dan metode awal pembekuan dan pencairan membuat kristal es merusak sel telur.
Pada awalnya teknologi membekukan sel telur ditujukan untuk para gadis penderita kanker atau penyakit serius lain yang bisa merusak ovarium mereka. Dengan membekukan sel telur diharapkan peluang mereka untuk hamil tetap terbuka setelah terapi pengobatan dilalui.
Metode pembekuan ini dimulai dengan penyuntikan hormon dalam kadar tinggi selama seminggu untuk menghasilkan ovulasi sebanyak mungkin. Kemudian dokter akan melakukan skrining sel telur dan mulai mengambilnya untuk segera disimpan.
Selama proses pembekuan yang berada dalam suhu minus 196 derajat itu seluruh metabolisme sel terhenti sehingga sel telur terhindar dari kerusakan folikel.
Sejauh ini belum ada data pasti mengenai jumlah wanita yang memanfaatkan sel telur beku untuk terapi kesuburan. Tetapi diperkikan 1.500 kelahirkan di dunia berasal dari sel telur beku.