KOMPAS.com – Riset mengindikasikan, penyakit Alzheimer menunjukkan gejala yang berbeda antara pria dan wanita. Hal ini berarti butuhnya penanganan berbeda antara pria dan wanita untuk penyakit Alzheimer. Selain itu, perbedaan dalam diagnosis penyakit ini antara pria dan wanita juga haruslah berbeda.
Sebelumnya, sudah ada penelitian serupa untuk beberapa penyakit tertentu, sehingga pengobatan yang digunakan pun berbeda berdasarkan gender. Perbedaan penanganan ini berlaku untuk penyakit jantung dan penyakit lainnya.
Dalam kajian terbaru mengenai Alzheimer, gejala yang berbeda ditunjukkan dari area kerusakan yang berbeda pada otak. Secara umum ,orang yang mengidap penyakit Alzheimer otaknya mengalami atrofi atau penyusutan.
Riset para ahli dari Radiological Society di Amerika Utara menyatakan, penyusutan otak pada wanita lebih awal dialami oleh wanita dibandingkan pria. Wanita juga kehilangan area abu-abu pada otak lebih banyak daripada pria ketika awal menderita penyakit ini. Sedangkan pria lebih kehilangan kemampuan berpikirnya dibandingan wanita ketika awal didiagnosis.
"Secara umum penyakit Alzheimer memang mengurangi volume otak, namun pria dan wanita memiliki area yang berbeda untuk kerusakan pada area abu-abu otaknya. Pada pria lebih terlihat penurunan kemampuan kognitif dibandingkan wanita," ujar Dr. Maria Vittoria Spampinato, profesor radiologi di Medical University, Carolina Utara.
Altrofi pada Alzheimer terjadi pada bagian otak hippocampus yang memiliki fungsi utama dalam membentuk, mengorganisasikan, dan menyimpan memori.
"Langkah selanjutnya yaitu mengintegrasikan informasi ini pada hilangnya volume otak dengan faktor lain dari penyakit Alzheimer untuk memastikan jika memang ada perbedaan gejala berdasarkan gender," kata Spampinato.
Namun pernyataan ini diragukan oleh Dr. Clinton Wright, direktur ilmiah dari Evelyn F. McKnight Brain Institute di University of Miami Miller School of Medicine. Menurutnya, terlalu dini untuk menarik kesimpulan tentang perbedaan gender dalam penyakit Alzheimer.
"Masih diperlukan banyak informasi tambahan untuk mengetahui apakah hasil perbedaan ini disebabkan oleh gender atau ada faktor lain," kata Wright. "Secara khusus, belum dapat dijelaskan apakah ada kaitannya penyusutan otak lebih besar dikarenakan faktor usia di dalam hasil riset ini."
Menurut Wright, informasi tentang kerusakan otak pada wanita yang lebih besar, namun justru pria lah yang mengalami penurunan kognitif lebih besar juga masih sulit dijelaskan. Hal ini karena bertentangan dengan anggapan umum bahwa semakin banyak penyusutan otak maka akan semakin mengurangi kemampuan kognitif seseorang.