Mengatasi Aksi Tutup Kuping Si Prasekolah

Ibu dan Anak - Kompas Female
http://4skripsi.blogspot.com/
Mengatasi Aksi Tutup Kuping Si Prasekolah
Nov 28th 2012, 11:56

KOMPAS.com - Gerakan tutup kuping (GTK) pada anak usia prasekolah, jika dibiarkan, dapat berdampak negatif terhadap kepribadiannya. Anak menjadi tidak tahu aturan karena bersikap egois. Anak yang tidak terbiasa mendengar, membuat kemampuannya untuk berempati atau memahami perasaan orang lain menjadi tidak terasah. Akibatnya kemampuan anak untuk beradaptasi dan berinteraksi dengan orang lain juga rendah.

Ine Indriani Aditya, MPsi, psikolog anak dari SATU Consulting mengatakan seringkali, anak melakukan GTK karena pola komunikasi dan contoh konkret yang kurang tepat. Orangtua harus bersikap bijak dalam menghadapi GTK si prasekolah dengan berbagai cara ini:

* Cari tahu penyebabnya.
Apakah anak tutup kuping karena sedang mengalami masalah, sedang tidak nyaman atau lelah, tuntutan orangtua yang terlalu berat? Apakah karena pola komunikasi orangtua-anak yang kurang tepat untuk anak seusianya? Atau karena orangtuanya belum memberikan contoh yang baik?

* Pahami kebutuhan anak.
Bila anak merasa dipahami, kebutuhan emosinya tersalurkan sehingga merasa nyaman, tentu anak akan lebih mudah menerima pesan dari orangtua. Misal, ketika ayah/ibu menyuruh anak yang sedang asyik bermain untuk mandi dan tampak kesal, kata-kata berupa omelan bisa diubah menjadi lebih baik dengan memahami perasaan anak. Menyisipkan kata-kata empati terhadap perasaan anak, akan menjadi lebih efektif.

* Orangtua bersikap konsisten.
Bila suatu aturan diterapkan, sebaiknya aturan tersebut tetap diterapkan dan tidak berubah-ubah. Konsistensi orangtua membuat anak berpikir ayah ibunya benar-benar serius dan tidak main-main.

* Berbicara yang jelas dengan alasan logis tanpa harus membohongi anak.

Jangan menjadi orangtua yang kerap membohongi anak. Ancaman yang tidak logis sering dilakukan oleh beberapa orangtua karena dianggap efektif. Namun tidak akan efektif bila anak tahu bahwa ancaman itu tidak nyata. Selain itu, ancaman yang tidak logis atau mengundang kebohongan justru secara tak langsung mengajarkan nilai ketidakjujuran pada anak.

* Orangtua bersedia introspeksi.

Bila memang persoalannya bermula akibat orangtua tak menjadi pendengar yang baik, cari tahu apa yang membuat ayah ibu sulit mendengarkan anak. Mungkin saja karena tidak terbiasa, yaitu ketika ayah ibu kecil juga tidak pernah didengarkan orangtua karena orangtua terbiasa berbicara satu arah. Atau karena orangtua sedang memiliki masalah dalam hubungan berpasangan, masalah kerja, dan lainnya yang membuat orangtua sulit berempati pada anak. Menyadari penyebab orangtua tidak mau mendengarkan anak, menjadi kunci penting untuk memperbaiki pola komunikasi orangtua-anak. Keinginan untuk berubah adalah hal dasar sebelum orangtua belajar untuk berkomunikasi secara tepat dan menjalin hubungan yang lebih baik dengan anak.

* Berempati pada anak.
Bayangkan bagaimana perasaan Anda kerika didengarkan? Misalnya, saat Anda curhat, di hadapan Anda ada orang yang mau mendengarkan dan tidak langsung mendikte. Begitu juga dengan anak. Oleh karena itu, orangtua juga perlu belajar memahami perasaan dan mendengarkan anak dengan seksama.

(Tabloid Nakita/Hilman Hilmansyah)

Editor :

wawa

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions
Next Post Previous Post