Jakarta, Kompas - Saat ini suplemen makanan makin banyak beredar di pasaran. Dengan kemasan bagus dan berbagai klaim kesehatan, suplemen menjadi salah satu produk yang dibeli masyarakat demi hidup sehat.
Banyak ragam suplemen yang ditawarkan, mulai dari suplemen untuk jantung, otak, saraf, pembuluh darah, persendian, penambah berat badan, hingga pemutih kulit.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) berharap masyarakat cerdas dalam mengonsumsi suplemen. Sebelum mengonsumsi, sebaiknya periksa nomor registrasi pada label untuk memastikan produk itu telah terdaftar di BPOM. Baca keterangan label tentang kegunaan, efek samping, peringatan perhatian, interaksi, dan kontraindikasi dari produk suplemen.
"Sebenarnya kandungan suplemen berupa kombinasi beberapa vitamin, mineral, asam amino, dan bahan lain yang punya nilai gizi atau efek fisiologis," kata Sukiman Said Umar, Direktur Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional dan Produk Komplemen BPOM, dalam acara sosialisasi dan diskusi "Suplemen Makanan, Kawan atau Lawan?" di Jakarta, Rabu (7/11).
Oleh produsen, fungsi kandungan suplemen ditonjolkan sedemikian rupa sehingga terlihat menjadi produk eksklusif. Produk itu umumnya dijual dengan harga mahal.
Sukiman memberi contoh, suplemen yang diklaim mengoptimalkan fungsi otak, misalnya, isinya adalah vitamin B1, B6, dan B12 yang memang baik untuk otak.
Suplemen merupakan zat aktif yang berfungsi mengompensasi defisiensi zat gizi tubuh. Fungsinya melengkapi asupan gizi untuk memelihara kesehatan, bukan pengobatan.
"Kalau asupan makanan kita berimbang, tidak perlu mengonsumsi suplemen," kata Sukiman.
Suplemen dibutuhkan pada keadaan di mana asupan zat gizi tidak tercukupi dari makanan sehari-hari, seperti pada masa pemulihan setelah sakit, kehamilan, menyusui, dan lanjut usia.
Koordinasi
Untuk mengawasi peredaran suplemen, BPOM melakukan koordinasi lintas sektor termasuk dengan kepolisian. Badan itu membentuk satuan tugas untuk menelisik produk ilegal. Sebulan lalu satgas melakukan kegiatan khusus terkait pemberantasan produk makanan dan obat-obatan yang dipasarkan melalui internet.
Tahun 2004, BPOM menemukan masih ada produk suplemen yang mengandung bahan kimia obat, terutama untuk stamina tubuh. Namun, sekarang tidak ditemukan lagi. BPOM kini mengawasi cara produksi suplemen agar memenuhi kaidah keamanan pangan. "Kita juga fokus pada cara produsen memasarkan produk, cara beriklan dan klaim yang berlebihan," kata Sukiman.
Konsumsi suplemen yang berlebihan dan tidak tepat bisa menyebabkan gangguan kesehatan. Vitamin larut lemak jika dikonsumsi berlebih bisa meningkatkan kerja ginjal dan meningkatkan toksisitasmua. (IND)