KOMPAS.com - Subur tidaknya seorang wanita ternyata ikut dipengaruhi oleh faktor usia ibunya ketika memasuki masa menopause. Wanita yang ibunya menopause lebih cepat berarti memiliki sel telur sedikit.
Kaum wanita yang memiliki jumlah sel telur sedikit berarti tingkat kesuburannya lebih rendah dibanding. Puncak kesuburan seorang wanita biasanya berlangsung di usia 18-31 tahun.
Kaitan antara usia menopause ibu dengan tingkat kesuburan anak perempuannya itu diteliti oleh Dr.Janne Bentzen dan dipublikasikan dalam jurnal Human Reproduction.
Jumlah sel telur bisa dilihat dengan dua cara, yakni mengukur level anti-Mullerian hormon (AMH) dan antral follicle count (AFC).
Setiap perempuan terlahir dengan jumlah sel telur yang akan dimiliki seumur hidupnya. Sel-sel telur itu akan dilepaskan sejak memasuki usia pubertas yakni saat menstruasi.
Pengukuran AMH dan AFC akan mengetahui berapa sisa sel telur dalam ovarium seorang wanita. Dalam penelitian yang melibatkan para petugas kesehatan wanita itu, peneliti menemukan level AMH dan AFC seorang wanita menurun tajam pada wanita yang ibunya mengalami menopause dini (sebelum usia 45 tahun), dibandingkan dengan wanita yang ibunya menopause setelah usia 55 tahun.
Rata-rata penurunan kadar AMH mencapai 8,6 persen, 6,8 persen dan 4,2 persen setiap tahunnya pada wanita yang ibunya menopause dini, normal, dan menopausenya terlambat. Pola yang sama juga ditemukan pada kadar AFC, yakni penurunannya mencapai 5,8 persen, 4,7 persen, dan 3,2 persen.
Studi sebelumnya menyebutkan bahwa ada jarak 20 tahun antara penurunan usia kesuburan wanita dengan masa menopause. Dengan kata lain, jika seorang wanita mulai menopause di usia 45 tahun berarti ia sudah tidak subur di usia 25 tahun.
"Hasil studi ini menunjukkan bahwa kondisi ovarium dipengaruhi oleh faktor keturunan. Namun perlu dilakukan studi jangka panjang untuk menguatkan hasil riset ini," kata Bentzen.
Ia menambahkan, memiliki jumlah sel telur sedikit juga tidak berarti seorang wanita hanya bisa memiliki sedikit anak.
Para pakar infertlitas mengatakan bahwa sebenarnya saat ini belum ada metode akurat untuk menentukan tingkat kesuburan seseorang. Tetapi makin muda usia seseorang untuk mendapatkan keturunan, peluangnya jauh lebih besar dibanding mereka yang usianya lebih tua.