JAKARTA, KOMPAS.com - Pemakaian zat pewarna kimia, boraks, serta formalin masih mendominasi kandungan zat-zat berbahaya yang banyak ditemukan pada jajanan atau makanan-makanan di sekolah-sekolah. Pengetahuan siswa, pihak sekolah dan orang tua murid sangat dibutuhkan sebagai langkah preventif pencegahan.
Demikian diungkapkan Nining Restu Kurnianingsih, Apt, M.Si dari Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK) Badan POM RI pada acara sosialisasi Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK), di SMP 2 Johar Baru, Jakarta Pusat, Jumat, (9/11/2012) kemarin. Nining mengatakan, hampir 40 persen zat-zat berbahaya tersebut terkandung pada jajanan sekolah.
"Pemakaian zat pewarna paling banyak, seperti di saos, sementara boraks ditemukan pada jajanan seperti bakso yang biasanya digunakan sebagai pengenyal makanan ini," kata Nining.
Nining mengatakan, pihaknya dalam beberapa tahun terakhir ini gencar melakukan penyuluhan untuk pembuatan makanan yang sehat tanpa bahan-bahan berbahaya, terutama ke sekolah-sekolah dasar dan menengah. Hal ini dilakukan sekaligus sebagai langkah pengawasan terhadap industri makanan, terutama produk rumahan, untuk membuat produk dengan bahan yang baik dan benar.
"Bahkan pada sosialisasi ini kami tidak hanya fokus ke guru dan siswa, orang tua juga kami undang ke sekolah. Termasuk penjaga kantin, yang kami ajak duduk bersama mengikuti penyuluhan ini," ujarnya.
Selain penyuluhan, Nining melanjutkan, pihaknya juga mendatangkan satu unit mobil penyuluhan keliling untuk mengambil sampel jajanan dan meneliti kandungannya secara langsung di tempat. Dengan begitu, baik siswa, guru, orang tua murid dan pemilik kantin sekolah bisa memperoleh pengetahuan secara gamblang tentang kandungan zat-zat berbahaya di sekitar mereka.
"Belum tentu juga pemilik kantin itu salah, karena bisa jadi mereka membelinya di pasar tanpa bekal pengetahuan yang baik," kata Nining.
Dari sosialisasi tersebut Nining menyimpulkan, bahwa bukan perkara mudah menghimbau dan mengajak masyarakat, terutama para pembuat makanan dan jajanan anak, untuk tidak membuat produknya dengan menggunakan bahan-bahan berbahaya seperti boraks, formalin, dan zat pewarna tekstil. Karena itulah, tanpa pengetahuan yang baik, pada usia produktif saat ini para siswa mudah mengalami beberapa masalah kesehatan dalam jangka panjang.