KOMPAS.com - Indonesia Fashion Week (IFW) kembali hadir sebagai salah satu platform mode di Indonesia. Pada tahun keduanya, IFW yang bertema "Inspiring Indonesia", berlangsung 14-17 Februari 2013 di Jakarta Convention Center, hadir dengan inovasi baru. IFW 2013 menyediakan zona khusus yang diberi nama "Starting Point", tempat untuk mempertemukan perancang busana dengan buyer dalam dan luar negeri.
Di zona "Starting Point", perancang muda atau pemula, juga perancang berpengalaman berkesempatan menjual ide dan kreativitas atas rancangan busananya. Zona ini bukan untuk menjual produk ritel, tapi lebih kepada ide rancangan busana yang berpotensi untuk diproduksi dalam jumlah besar oleh buyer yang berminat.
Ali Charisma, President Director IFW mengatakan, dari sembilan zona di ajang mode ini, "Starting Point" merupakan zona baru yang sengaja diciptakan untuk mengakomodasi dan memfasilitasi ide kreatif di bidang fashion. Zona ini juga diciptakan untuk mendampingi desainer, sekaligus upaya bersama mengembangkan bisnis mode Indonesia.
"Banyak ide yang muncul namun terlantar, tidak digarap dengan benar, tidak ada masa depannya. Tim IFW, pemerintah dan tim tren mode akan menyaring bakat dan membantu desainer menyiapkan presentasi yang sesuai," jelas Ali kepada Kompas Female di sela acara "Gathering Pelaku Industri Kreatif Fesyen" di Balairung Soesilo Gedung Sapta Pesona, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Zona baru di IFW ini ditujukan untuk desainer yang memiliki produk fashion orisinal dengan kreativitas tinggi. Selain memberikan kesempatan pada desainer, zona ini juga menargetkan kunjungan dari buyer baik perusahaan garment, manufaktur, tekstil juga toko ritel. Jika desainer menjual ide dan kreativitasnya di zona ini, buyer akan datang untuk bertransaksi membuat kesepakatan dengan desainer dan bekerjasama merealisasikan ide menjadi produk fashion dalam jumlah yang dibutuhkan.
Di zona ini, desainer yang lolos seleksi bisa menjual idenya dengan harga tak terbatas. Artinya, tak ada batasan harga jual atas ide desainer. Kalau si desainer memperhitungkan, idenya itu bisa menghasilkan produk fashion bernilai tinggi atau laku di pasaran, ia bisa menjual dengan harga tinggi.
"Namun nantinya tim kami juga akan membantu desainer untuk menentukan harga, akan ada coaching untuk itu," jelas Ali.
Menurut Ali, desainer kreatif tak perlu merasa khawatir idenya akan dicontek. Akan ada aturan main untuk buyer juga desainer. Mengenai kekhawatiran ide akan dicontek, Ali berpendapat, "Orang kreatif tak perlu takut dicontek," ungkapnya.
Buyer tak bisa sembarangan mencari informasi atas ide desainer. Ketika pengunjung (calon buyer) memasuki area seluas 1,5 x 1,5 meterpersegi ini, desainer juga akan memberikan informasi secara umum, tidak mendetil.
"Tidak semua informasi disampaikan sebelum tandatangan kontrak. Nantinya akan ada maksimum 15 baju yang dipajang per desainer, namun dengan presentasi yang menarik tidak seperti jual eceran. Peserta perlu memikirkan display menyesuaikan tempat untuk menjual inspirasinya," tutur Ali.
Desainer juga perlu mematuhi aturan mainnya. Desainer terpilih untuk zona ini dilarang memproduksi sendiri ide rancangannya. Desainer murni menjual ide, dan membuat perjanjian dengan pembeli bahwa ia takkan memproduksi mandiri.
Untuk mendapatkan kesempatan bertransaksi dengan buyer, desainer yang memiliki ide kreatif perlu mendaftarkan diri. Ali menyebutkan, biaya administrasi untuk zona "Starting Point" ini adalah Rp 1,5 juta. "Biaya ini akan digunakan untuk membayar SPG dan manager untuk membantu deal," jelasnya.
Selain berpeluang mendapatkan buyer untuk ide rancangannya, desainer yang lolos tahapan kurasi juga berkesempatan mengembangkan kariernya. Perusahaan label fashion bisa mencari asisten desainer berbakat yang diseleksi oleh sekitar 15 pakar dan praktisi di bidang mode, di zona ini.
Bagi Ali, "Starting Point" tak hanya sekadar memfasilitasi desainer untuk merealisasikan ide dan mimpi-mimpinya. Zona ini juga merupakan salah satu cara regenerasi di bidang fashion. Sebagai cara untuk membangun kekuatan industri mode di Indonesia, dan mengangkat produk lokal.
"Ide-ide ini bisa diarahkan, ujungnya kepada industri, menciptakan mass production. 'Starting point' sangat penting karena dari situ bisa berkembang. Dari mimpi akan lahir produk baru. Jadi desainer tidak hanya sekedar bermimpi, tanpa ada yang menjahitnya dan akhirnya jadi terputus mimpinya. Kalau dari dasar sudah kuat, produk fashion bisa dikembangkan, dan Indonesia bisa lebih siap di industri fashion," tutupnya.
Editor :
wawa