KOMPAS.com - Jika saat ini Anda masih melajang karena takut berkomitmen (fobia komitmen) dalam hubungan berpasangan, coba ingat kembali seperti apa pengasuhan orangtua saat Anda kecil. Studi terbaru di Universitas Tel Aviv menunjukkan pengasuhan "helikopter" menimbulkan masalah pada anak hingga ia dewasa. Pengasuhan seperti ini berdampak pada pola hubungan anak saat dewasa.
Pengasuhan "helikopter" atau orangtua "helikopter" merupakan istilah yang dipakai untuk menggambarkan sikap orangtua yang selalu mengatur anak sampai ke hal terkecil sekalipun, bersikap terlalu protektif sehingga selalu membayang-bayangi anak di mana dan kapan saja. Pengasuhan ala helikopter seperti ini justru tidak menumbuhkan kemandirian anak. Orangtua "helikopter" yang bersikap paranoid, sebenarnya adalah mereka yang tidak mampu mengatasi rasa khawatirnya terhadap anak.
Orangtua yang menerapkan pengasuhan "helikopter"cenderung kesulitan menunjukan afeksi. Baik afeksi kepada pasangannya, juga afeksi kepada anak. Hal ini berdampak pada anak hingga ia dewasa.
Studi yang melibatkan 58 orang dewasa usia 22 dan 28 ini menunjukkan, responden yang menghindari komitmen dalam hubungan berpasangan adalah mereka yang sewaktu kecil mengalami pengasuhan "helikopter". Sebanyak 22 persen partisipan penelitian yang menghindari komitmen dalam hubungan, mengalami kecemasan akan intimasi, dan cemas dengan pasangannya.
Orang dewasa yang mengalami kesulitan menjalin hubungan berpasangan, adalah mereka yang mengalami pola hubungan orangtua-anak terlalu protektif dan minim afeksi pada tahun-tahun pertama pertumbuhan mereka sebagai anak-anak.
Mengapa pola pengasuhan berdampak hingga dewasa dan memengaruhi cara pandang seseorang tentang hubungan? Studi ini lebih lanjut memaparkan bahwa sikap menghindar mulai muncul dalam diri anak yang diasuh dengan orangtua "helikopter" saat mereka mencari dukungan emosional, namun tidak mendapatkannya karena orangtuanya tidak responsif atas kebutuhan mereka.
Saat dewasa, orang yang tumbuh bersama orangtua "helikopter"ini berusaha memenuhi kebutuhan yang tak ia dapatkannya sewaktu kecil. Mereka kemudian mencari pasangan dan pola hubungan yang diyakininya bisa memberikannya validasi dan penerimaan dari pasangan. Orang dewasa "korban" pengasuhan "helikopter" ini tetap bisa menjalin hubungan berpasangan, namun cenderung mengalami fobia akan komitmen.
Penting bagi orang-orang yang mengalami fobia, untuk mencari tahu penyebab atau sumber ketakutannya ini. Namun kebanyakan orang yang fobia mengalami kesulitan untuk mengatasi rasa takutnya. Meski begitu, fobia perlahan bisa teratasi dengan bertambahnya pengalaman baru termasuk dalam membangun hubungan.
Butuh waktu bagi orang yang mengalami fobia komitmen hubungan berpasangan, untuk bisa membangun komitmen dengan seseorang. Butuh perjalanan cinta yang lebih tangguh, mungkin beberapa kali melakukan kesalahan, hingga akhirnya menemukan titik balik sehingga ia bisa mengatasi fobianya dan mulai membuka diri dengan komitmen dalam hubungan berpasangan.
Sumber: Your Tango
Editor :
wawa