KOMPAS.com – Dulu, ketika teknologi kedokteran belum secanggih sekarang, bila suami tak memiliki sperma (azoospermia) maka pupus harapan untuk memiliki momongan. Akan tetapi teknologi bayi tabung memberikan harapan baru. Mungkin tak sedikit yang menilai bayi tabung menjadi jalan terakhir.
Dr Malvin Ameraldi, SpOG menjelaskan sebenarnya ada cara lain yang bisa dilakukan, yaitu inseminasi. Program ini berupaya memasukkan sperma ke dalam rahim, terjadi pertemuan sel telur dan sperma di dalam tubuh.
Sementara pada program bayi tabung, dokter mengambil sel telur dan sperma lalu digabung menjadi embrio, selanjutnya embrio tersebut ditanam ke rahim calon ibu. Nah, indikasi untuk dilakukan bayi tabung terutama bila ada gangguan sperma/tidak memiliki sperma, sumbatan salur telur, dan kelainan yang tak bisa dijelaskan.
Di dunia, keberhasilan program bayi tabung sekitar 30-40 persen. Dari beberapa pilihan program, keberhasilan inseminasi tanpa penyubur sekitar lima persen, dengan penyubur tujuh persen, dan dengan stimulasi hormone 4-17 persen. Dengan teknik bayi tabung persentase keberhasilannya termasuk lebih besar. Namun demikian, keberhasilan program bayi tabung dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya usia calon ibu, cadangan sel telur, dan faktor penyebab infertilitas.
Biaya
Pendapat yang mengatakan bayi tabung mahal membuat pasangan urung melakukannya. Padahal, biaya bayi tabung sangat tergantung pada protokol pengobatan, usia, sel telur. Memang biayanya sekitar Rp 40-50 juta. Tentu diperlukan strategi untuk menciptakan cost effective sehingga mencapai keberhasilan yang maksimal.
Misalnya, ketika seorang perempuan berusia 35 ke atas bingung memilih program, sebaiknya langsung bayi tabung. Dengan demikian ia tak membuang waktu.
Hitung-hitungannya seperti ini. Biaya inseminasi bisa sekitar Rp 2,5 juta tanpa obat dan sekitar Rp 5 juta dengan obat. Akan tetapi, tingkat keberhasilannya sangat bergantung pada pengulangan program tersebut. Bila baru sekali inseminasi keberhasilannya hanya 10 persen. Keberhasilan akan meningkat ketika inseminasi lebih dari tiga kali.
Dokter akan menyarankan dilakukan inseminasi sekitar 3-6 kali agar peluang keberhasilan hamil lebih tinggi. Akan tetapi, untuk mengulang program tersebut 3-6 kali ketika si ibu berusia di atas 35 akan menghabiskan dana dan waktu. Kecuali si ibu masih berusia 25, meski presentase keberhasilan inseminasi kecil, masa ada banyak waktu untuk dicoba.
Sementara itu, prosedur bayi tabung dari stimulasi hingga kesimpulan berhasil atau tidak memakan waktu sekitar 4-5 minggu. Prosedur awal berupa pemeriksaan sel telur, memberikan hormon reproduksi, dan pengambilan sperma.
Setelah itu dilakukan stimulasi dengan indung telur melalui pemberian obat hormon agar sel telur dapat diambil. Proses ini memakan waktu dua minggu. Setelah itu operasi pengambilan sel telur dilanjutkan dengan prosedur laboratorium.
Proses laboratorium mencakup penilaian sel telur, penilaian sperma, dan pembentukan embrio. Setelah embrio terbentuk dimasukkan ke dalam rahim. Setelah itu tunggu lagi dua minggu untuk bisa mengetahui apakah embrio tersebut bisa tumbuh di dalam rahim atau sebaliknya.
Nah, manakah yang akan dipilih, silakan menghitungnya.
(Tabloid Nakita/Hilman Hilmansyah)
Editor :
wawa