KOMPAS.com - Fruktosa, gula sederhana yang ditemukan secara alami dalam buah ternyata tidak menyurutkan nafsu makan dan dapat menyebabkan orang untuk makan lebih banyak. Bahkan jika dibandingkan glukosa, salah satu jenis gula lainnya, fruktosa yang juga ditambahkan pada beberapa jenis makanan sebagai sirup jagung dapat meningkatkan nafsu makan.
Sebuah penelitian baru mengungkapkan, konsumsi gula akan berpengaruh terhadap otak. Para peneliti dari Yale University melihat adanya hubungan konsumsi glukosa maupun fruktosa dengan nafsu makan yang ditentukan aliran darah di bagian hipotalamus otak.
Setelah melakukan studi terhadap 20 dewasa sehat, para peneliti menyimpulkan, konsumsi glukosa menyebabkan tingginya kadar hormon yang membuat perasaan kenyang. Sebaliknya, konsumsi minuman berfruktosa hanya meningkatkan kadar hormon ini lebih sedikit.
Penelitian yang dimuat jurnal American Medical Association ini mengatakan, temuan ini bukan berarti fruktosalah penyebab epidemi obesitas, melainkan hanya salah satu faktor pendukung, selain lingkungan dan faktor genetika. Fruktosa memang banyak ditemukan pada makanan dan minuman karena harganya yang murah serta rasanya yang sangat manis sehingga dapat menekan biaya produksi.
Salah satu penulis studi ini Jonathan Purnell, sekaligus dosen di Divisi Endokrinologi, Bagian Diabetes dan Nutrisi Klinis dari Oregon Health and Science University di Portland, Amerika Serikat, mengatakan, "Kami bukannya merekomendasikan untuk menghindari konsumsi fruktosa dari sumber alami seperti buah atau madu, melainkan menekan konsumsi gula berlebihan dengan cara selalu memakan makanan yang tinggi serat dan biji-bijian."
Pendiri dan direktur Program Pengendalian Berat Badan Komprehensif di Presbyterian Hospital dan Weill Cornell Medical Center di New York Louis Aronne mencatat bahwa pemanis buatan pada makanan dan minuman di pasaran biasanya kombinasi dari glukosa dan fruktosa. Oleh karenanya, dampaknya pada tubuh tidak sedramatik hasil penelitian ini. Meskipun benar, penelitian ini menambah bukti bahwa wilayah hipotalamus otak berperan dalam menentukan epidemi obesitas.
"Pemanis yang digunakan pun menentukan rasa kenyang dan berpengaruh terhadap jumlah konsumsi sehingga berdampak pada obesitas," ungkap Aronne.
Jadi, apa yang harus dilakukan? Ahli gizi dari Lenox Hill Hospital New York Sharon Zarabi menyarankan masyarakat, untuk selalu mengecek label kemasan makanan. "Hindari konsumsi makanan yang mencantumkan glukosa atau fruktosa pada tiga komposisi utamanya, dan pastikan makanan mengandung tidak lebih dari 10 gram gula per penyajian," ujarnya.