KOMPAS.com - Alkohol dan obat-obatan sudah sejak lama dikenal dapat mempengaruhi aktivitas seksual. Alkohol misalnya, dapat membuat seseorang "terbius" dan kehilangan koordinasi, yang berarti bahwa lebih sulit merasakan sensasi seksual, sehingga akan sulit mengalami orgasme.
Zat-zat adiktif lain seperti amfetamin, kokain dan ekstasi juga dapat memiliki efek yang sama, sehingga sulit bagi seseorang untuk mencapai orgasme dan khususnya bagi pria untuk bisa ereksi.
Namun, tidak hanya itu, sebuah studi baru menemukan bahwa dampak alkohol dan obat-obatan pada performa seks tidak mudah dihilangkan meskipun sudah menghentikan penggunaan. Studi yang dilakukan para ahli di University of Granada di Spanyol dan di Universitas Santo Tomas di Kolombia telah menemukan bahwa, bagi pria yang kecanduan alkohol dan obat-obatan, gangguan seksual yang mereka alami dapat terus berlangsung meskipun setelah masa rehabilitasi.
Studi yang dipublikasi dalam Journal of Sexual Medicine edisi online ini melibatkan 905 orang pria antara tahun 2009 dan 2011. Dari total peserta, 549 orang didiagnosis kecanduan alkohol, kokain, heroin, ganja, atau campuran dari dua zat tersebut. Sedangkan 356 peserta lainnya dipantau sebagai kelompok kontrol. Para peneliti mengevaluasi masing-masing pria dalam empat kategori: hasrat seksual, kepuasan seksual, gairah seksual dan orgasme.
Ketika mereka membandingkan dua kelompok, para peneliti menemukan bahwa kinerja seksual kelompok "pecandu" mengalami gangguan sedang ataupun signifikan. Tingkat gangguan bervariasi, tergantung pada jenis obat-obatan yang digunakan. Misalnya, kokain dan heroin secara signifikan mempengaruhi kenikmatan seksual, tapi hanya sedikit mempengaruhi hasrat seksual.
Alkohol yang paling signifikan mempengaruhi gangguan gairah seksual. Para peneliti juga menemukan bahwa gangguan orgasme secara signifikan dipengaruhi oleh alkohol, heroin kokain, dan heroin.
Meskipun sudah banyak penelitian yang mengacu pada kaitan antara bahan adiktif dengan performa seksual, namun penelitian ini adalah yang pertama kali meneliti tentang performa seksual pun masih dipengaruhi oleh zat adiktif ketika orang tersebut sudah sembuh dari kecanduan.