JAKARTA, KOMPAS.com - Higiene dan sanitasi merupakan dua faktor utama keamanan pangan yang patut menjadi perhatian. Saat ini, sebagian besar jajanan anak khususnya di sekolah-sekolah dasar belum sepenuhnya memenuhi syarat kedua faktor tersebut, sehingga perlu terus diawasi dan diperbaiki.
Demikian diungkapkan Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Roy Sparingga dalam Roadshow BPOM bertajuk 'Sehatnya Duniaku', Selasa (22/1/2013) di Jakarta.
"Masalah utama bagi jajan anak, terutama anak Sekolah Dasar adalah higiene sanitasi yang belum baik, sehingga harus ada perhatian," ujar Roy.
Dalam roadshow yang kali ini berlangsung di SDN 01 Tebet Timur Jakarta itu, Roy mengatakan masih ada faktor lainnya yang menjadikan jajanan anak menjadi berbahaya untuk dikonsumsi, yaitu bahan kimia berbahaya, seperti pewarna tekstil, pengawet, serta pemanis buatan.
Masalah higiene dan sanitasi, menurut Roy, menjadi paling utama karena efeknya dapat langsung dirasakan setelah mengonsumsi makanan tidak bersih. Efek dari higiene sanitasi adalah jangka pendek, sedangkan, bahan kimia berbahaya berefek jangka panjang.
Sakit akibat makanan, disebut Roy sebagai kejadian luar biasa (KLB) pangan di Indonesia. Sebanyak 35 persennya adalah dari jajanan anak sekolah, dan 80 persen dari angka itu berasal dari jajanan anak Sekolah Dasar.
Hal inilah yang mendasari BPOM perlu untuk mengadakan roadshow tentang pentingnya keamanan pangan. SDN 01 Tebet Timur menjadi tempat pertama dilaksanakannya Road Show 'Sehatnya Duniaku'.
Rencananya selanjutnya, BPOM akan melanjutkan ke 25 Sekolah Dasar masing-masing di dua kota besar yaitu Jakarta dan Bandung.
"BPOM hanya dapat mengadakan penyuluhan tentang keamanan pangan jajanan anak, namun pelaku pengawasannya tentu saja komunitas sekolah, yaitu guru, murid, orang tua murid, pengelola kantin, serta pedagang makanan sekitar sekolah," jelas Roy.