KOMPAS.com - Bagi Olivia Culpo (20), menyandang gelar Miss Universe 2012 memberikan pengalaman dan perjalanan menarik. Tak hanya memperkaya pengalaman pribadi, tetapi juga memberinya kesempatan untuk melakukan berbagai hal. Ia bisa membuat perubahan dan menginspirasi orang lain, terutama perempuan muda untuk berani menjadi diri sendiri.
Mahasiswa Universitas Boston ini menunjukkan, meski tak berpengalaman di ajang kecantikan, ia mampu merebut gelar Miss Universe. Ia telah memberikan hadiah bagi negaranya, Amerika Serikat, yang menunggu 15 tahun untuk mendapatkan kembali mahkota ratu sejagad.
Olivia mengawali perjalanannya dengan meraih gelar Miss USA. Kemudian ia naik kelas, dengan merebut mahkota Miss Universe dari Leila Lopes dari Angola. Bekalnya kepercayaan diri dan menjadi apa adanya dengan perbedaan yang dimilikinya.
Perempuan yang lahir dan besar di keluarga musisi ini meyakini, dengan memiliki perilaku baik, mau bekerja keras, serta menerima bahwa setiap perempuan unik dan berbeda dengan kecantikannya masing-masing, apa pun bisa diraih. Seperti Olivia, yang menyebut dirinya sebagai si kutu buku yang bertransformasi menjadi ratu sejagad.
"Dari Miss Universe saya belajar, apa pun mungkin terjadi kalau punya kepribadian baik, dan bekerja keras. Dengan begitu kita bisa melakukan apa saja tanpa merasa dibatasi atau merasa tak percaya diri. Saya sadar tiap perempuan punya masalah dengan dirinya, tubuhnya. Namun justru perbedaan yang didapati dalam diri perempuan itulah yang justru baik. Perbedaan itu cantik," tuturnya saat jumpa pers di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Kamis (31/1/2013).
Perempuan berusia 20 tahun ini mengatakan, perempuan yang mampu menerima dirinya, termasuk perbedaan dalam dirinya, akan lebih percaya diri dan mampu memberikan pengaruh baik bagi orang lain.
Perempuan yang menyenangi bahasa Italia ini mengaku ingin melakukan perubahan, dengan atau tanpa perannya sebagai Miss Universe.
"Saya ingin tetap bisa menjadi role model. Perempuan harus keluar dari zona nyaman, dan harus berusaha untuk berada selevel dengan pria di berbagai aspek. Kami di Amerika pun masih perlu melakukan hal ini. Perempuan bisa melakukan perubahan dengan aktif secara sosial juga politik," ungkapnya.
Editor :
Dini