Kompas.com – Stroke merupakan penyebab kematian ketiga di negara-negara industri. Salah satu jenis stroke yang bisa berakibat fatal adalah perdarahan subaraknoid. Stroke ini terjadi ketika ada perdarahan di dalam rongga di antara permukaan otak dengan tulang tengkorak.
Risiko kematian yang besar dari perdarahan subaraknoid itu terjadi jika seseorang terus merokok dan tak menjaga tekanan darah serta kadar kolesterolnya pasca serangan stroke. Demikian menurut studi terbaru dari Universitas Helsinki Finlandia.
Penelitian itu melibatkan 233 orang di Finlandia yang satu tahun sebelumnya mengalami perdarahan subaraknoid. Mereka dipantau rata-rata selama hampir sembilan tahun. Selama waktu itu, ada 88 pasien (sekitar 38 persen) yang meninggal. Tingkat kematian untuk pasien pendarahan subarachnoid adalah sekitar dua kali lipat dari orang yang tidak pernah mengalaminya.
Peningkatan risiko kematian pada pasien perdarahan subaraknoid adalah karena adanya masalah dengan sirkulasi darah di otak. Risiko kematian bertambah pada pasien yang merokok dan memiliki tekanan darah dan kadar kolesterol tinggi sebelum mengalami perdarahan.
Studi yang dipublikasi secara online dalam jurnal Neurology ini menemukan risiko kematian pada korban perdarahan subaraknoid adalah 31 orang per 1.000 orang. Jauh lebih tinggi daripada orang-orang dalam populasi umum yang tidak merokok atau dengan tekanan darah dan kadar kolesterol rendah.
"Dengan kata lain, jika di antara 100 orang, 20 orang yang tidak merokok dengan tekanan darah dan kolesterol rendah akan meninggal dalam 10 tahun ke depan, sedangkan pada penderita pendarahan subaraknoid akan meningkat menjadi 51 orang," kata penulis studi Miikka Korja yang juga berprofesi sebagai ahli bedah saraf.
Itu sebabnya sangat penting untuk orang yang pernah mengalami pendarahan subaraknoid untuk menahan diri dari merokok dan menjaga tekanan darah dan kadar kolesterol. "Karena selain usia, ini adalah faktor utama di balik peningkatan risiko kematian," simpul Korja.