JAKARTA, KOMPAS.com - Meningkatnya kasus HIV/AIDS di Indonesia sepanjang tahun 2010-2012 membuat kebutuhan akan pemeriksaan atau deteksi HIV/AIDS di kalangan berisiko juga turut meningkat.
Menurut pakar penyakit HIV/AIDS dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. Zubairi Djoerban, untuk mendeteksi jumlah ODHA di Indonesia, setidaknya diperlukan pemeriksaan terhadap sekitar 30 juta jiwa yang hidup dalam lingkungan berisiko.
"Jumlahnya diperkirakan 30 juta, namun semakin banyak sebenarnya semakin baik," ujar Zubairi dalam jumpa pers mengenai situasi HIV/AIDS di Indonesia di Kantor Kemenkes, Jakarta, Selasa (4/2/2013).
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Kesehatan RI Nafsiah Mboi memaparkan, jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Indonesia saat ini diperkirakan mencapai 591.823. Namun kasus HIV/AIDS yang ditemukan sepanjang tahun 2010-2012 mencapai 79.189 kasus. Ini artinya kemungkinan masih banyak kasus yang belum terdeteksi.
Untuk melakukan deteksi atau pemeriksaan HIV/AIDS pada puluhan juta jiwa yang berisiko tersebut, Menkes mengakui pemerintah belum sanggup untuk melakukannya di tahun ini. Mengingat, anggaran untuk melakukan pemeriksaan HIV membutuhkan dana yang tidak sedikit.
"Diperkiraan pemeriksaan untuk 30 juta orang membutuhkan dana sebanyak Rp. 600 miliar," ungkap Nafsiah.