5 Kalimat Tabu untuk Wanita Tanpa Anak

Beranda - Kompas Female
http://4skripsi.blogspot.com/
5 Kalimat Tabu untuk Wanita Tanpa Anak
Feb 5th 2013, 12:01

KOMPAS.com - Banyak perempuan setuju, menjadi ibu adalah pengalaman yang paling membahagiakan. Namun, tidak semua wanita bisa merasakan pengalaman indah tersebut. Dan yang lebih menyakitkan, mereka seringkali harus menghadapi kegetiran ketika banyak orang bertanya-tanya mengapa tidak ada seorang anak dalam hidupnya.

Sebenarnya, bisa saja para perempuan ini telah berjuang keras untuk mendapatkan seorang bayi yang hadir dalam hidupnya. Atau, mereka saat ini masih belum ingin memiliki anak. Atau, mereka memang tidak ingin memiliki anak.

Pada 2006, majalah Newsweek menurunkan artikel yang menyoroti tren pernikahan tanpa anak yang mulai banyak terjadi di berbagai negara. Sebagai contohnya, negara Yunani yang terkenal konservatif, dengan masyarakat yang cenderung memiliki banyak anak, kini telah bertransformasi menjadi salah satu negara dengan tingkat kelahiran paling rendah di dunia.

"Di masa sekarang, keputusan untuk memiliki atau tidak memiliki anak banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor yang kompleks, mulai dari pola hubungan, kesempatan berkarier, gaya hidup, hingga faktor ekonomi," ungkap kepala biro Newsweek dari Berlin, Stefan Theil.

Terlepas apa alasannya, ada atau tidak adanya anak dapat memengaruhi relasi pergaulan seorang perempuan dengan wanita lainnya. Bagi kita yang sudah memiliki anak, jelas dunia yang kita jalani sekarang berbeda jauh dengan mereka yang belum atau tidak punya anak. Ini bisa membuat kita seolah merasa "lebih berpengalaman" sehingga sering melontarkan berbagai perkataan yang bisa menyinggung perasaan teman. Bila yang mendengar adalah seorang sahabat, tentunya ini bisa mengancam ikatan pertemanan yang sudah dibangun bertahun-tahun.

Nah, supaya kita bisa hidup berdampingan dengan teman-teman kita, termasuk yang belum punya anak, sebaiknya ingat-ingat untuk tidak mengatakan beberapa kalimat ini saat bersama mereka:

1. "Jadi, kapan dong kamu mau punya anak?"
Berbagi pengalaman dengan sahabat seputar mengasuh bayi memang sangat menyenangkan. Kita boleh saja menanyakan hal ini saat sedang mengobrol berduaan dalam suasana yang nyaman. Tapi, jangan sampai terlontar saat sama-sama menghadiri acara pesta atau ketika sahabat dan teman-teman lain sedang mengunjungi kita yang baru melahirkan bayi.

2. "Punya keluarga itu menyenangkan, lho."
Memiliki keluarga tidak sama dengan memiliki anak. Jika kita mengatakan keluarga untuk merujuk pada memiliki anak, secara tidak langsung kita menyatakan bahwa teman yang tak memiliki anak itu sama saja seperti tak punya keluarga. Padahal, yang namanya keluarga bisa berarti memiliki pasangan, orangtua, kakak-adik, keponakan, sepupu, bahkan tetangga.

3. "Beruntung kamu masih bisa bebas shopping atau jalan-jalan."
Memang benar, ketika punya anak ada beberapa hal dalam hidup yang lantas perlu ditinggalkan. Tapi bila kemudian kalimat seperti ini terucap, kita seperti mengatakan bahwa mereka yang tidak punya anak itu boleh bermalas-malasan, menghambur-hamburkan uang, atau egois. Setiap peran punya tanggung jawabnya masing-masing, jadi ini semua tergantung keputusan kita.

4. "Maaf, ya. Kamu pasti jadi il-fil punya anak, deh, setelah lihat anakku."
Banyak orangtua sering berkata seperti ini pada temannya yang tidak punya anak, ketika anaknya sedang banyak tingkah, rewel, atau tantrum. Yang perlu diketahui, sebenarnya teman kita yang tak punya anak ini paham betapa jengkelnya kita dengan tingkah-laku anak saat itu. Bahkan bisa jadi mereka bisa membantu menenangkan, karena mereka sering mengasuh keponakannya. Jadi, jangan stres dan melontarkan kalimat ini. Wajar saja kok kalau anak-anak berkelakuan di luar harapan kita.

5. "Kamu tidak akan mengerti."
Banyak ibu yang berusaha keras untuk tidak membicarakan seputar anaknya dengan teman yang tidak punya anak. Saat ditanya pun, mereka akan bilang, "Ah sudahlah. Diceritakan juga nanti kamu tidak paham". Bagi sebagian wanita, mendengarkan orang tak dikenal yang tiba-tiba dengan hebohnya bicara soal anaknya mungkin menjengkelkan. Tapi apabila topik yang didengar itu adalah anak dari sahabatnya sendiri, pasti dia akan mau mendengarkan. Sama seperti dia mau mendengarkan kisah tragis ketika kita putus dengan pacar semasa kuliah dulu.

Sumber: Parents

Editor :

Dini

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions
Next Post Previous Post