KOMPAS.com - Kesulitan mengendalikan nafsu makan sehingga seseorang makan berlebihan pada satu waktu, lalu menyesal dan malu setelahnya, dalam dunia medis disebut sebagai "Binge Eating".
Berbeda dengan orang yang menderita bulimia, mereka yang mengidap binge eating tidak memuntahkan makanannya, berpuasa, olahraga berlebihan, atau minum obat pencahar. Akibatnya mereka cenderung mengalami obesitas.
Hal tersebut dialami oleh Endang Hartiningsih. Wanita yang bekerja di bidang wiraswasta ini tidak merasa ada kelainan dengan hobinya makan.
"Makanan saya anggap sahabat. Saat sedih atau senang pokoknya makan. Sudah terpola seperti itu," kata wanita yang bobotnya sempat mencapai 150 kilogram dengan tinggi badan sekitar 160 sentimeter ini.
Endang mengakui hatinya lebih tenang setelah makan. "Saya pernah berolahraga untuk menurunkan berat badan tapi semua orang berkomentar orang segemuk saya akan sulit menjadi kurus. Akhirnya, saya malas olahraga lagi tapi terus makan," katanya.
Binge eating, menurut psikolog Tara Adhisti de Thouars, termasuk gangguan mental yang ditandai dengan makan yang sulit dikendalikan.
"Pada dasarnya, mereka ingin mengendalikan nafsu makannya tetapi di satu sisi ada dorongan untuk makan banyak sehingga muncul konflik-konflik psikologis. Karena sulit mengontrol makannya mereka jadi kegemukan," kata psikolog dari Shape Up Indonesia ini dalam acara Tummy Talk di Jakarta, Selasa (19/2/13).
Binge eating bisa diderita pria dan wanita, tetapi lebih banyak ditemukan pada orang dewasa. Menurut Tara, orang yang memiliki karakter impulsif, kontrol dirinya rendah, serta punya pikiran obsesif terhadap makanan lebih beresiko mengalami binge eating.
Menurut dr.Graje Judio-Kahl, saat ini cukup banyak orang yang mengalami binge eating. Dalam sebuah penelitian terhadap 100 pasien yang datang ke klinik Shape Up diketahui sekitar 70 persen menderita binge eating. Sekitar 64 persen dalam skala moderat dan 6 persen cukup parah.
"Umumnya mereka ingin menurunkan berat badan tetapi saat melakukan diet malah jadi tertekan. Akhirnya kembali makan banyak dan merasa bersalah," katanya.
Perilaku tersebut pada akhirnya menjadi lingkaran setan karena semakin mereka menyesali episode makan banyaknya, makin banyak pula makanan yang dikonsumsi di episode berikutnya.
Ciri-ciri lain yang dialami oleh penderita binge eating antara lain; makan lebih banyak dan lebih cepat dari orang normal, makan sampai kekenyangan dan perut tidak nyaman, makan dengan sembunyi-sembunyi karena merasa malu dengan banyaknya makanan yang diasup, serta merasa jijik dan depresi pada diri sendiri setelah makan.
"Program penurunan berat badan dengan konseling gizi dan terapi tingkah laku sangat membantu dalam mengontrol keinginan makan yang berlebihan," kata Tara.
Depresi juga berkaitan erat dengen gangguan makan ini sehingga psikoterapi dan obat antidepresan bisa membantu.
Berkat terapi kombinasi tersebut kini Endang berhasil menurunkan bobot tubuhnya sampai 37 kilogram. Ia juga mulai bisa mengendalikan nafsu makannya.