KOMPAS.com - Kreativitas menciptakan gaya busana tak hanya dimiliki para desainer, tapi juga masyarakat umum. Kemampuan mereka mengolah kain -dalam hal ini sarung- menjadi busana terlihat saat digelar lomba "Utak-Atik Sarung by FashionPro" oleh majalah FashionPro, di ajang Indonesia Fashion Week di Jakarta Convention Center, Sabtu (16/2/2013) lalu.
"Pemerintah dan Indonesia Fashion Week saat ini sedang berupaya keras untuk mengangkat citra sarung, tak hanya untuk keperluan ibadah, tapi juga untuk busana sehari-hari. FashionPro sebagai salah satu media partner mendukungnya dengan menyediakan wadah bagi mereka yang ingin menunjukkan kreativitas dalam mendesain sarung," ungkap Deashi Damayanti, Public Relation FashionPro kepada Kompas Female, melalui pesan singkat.
Kegiatan ini diikuti oleh 25 peserta dari berbagai kalangan seperti desainer, masyarakat umum, model, wartawan, dan murid-murid sekolah mode dari Esmod, Asride Iswi, dan Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Dalam kompetisi ini, para peserta harus membuat busana dari sarung selama 30 menit. Namun dalam proses pembuatannya, peserta tidak diperkenankan untuk menjahit atau memotong sarung. Mereka hanya bisa mendesain sarung dengan alat bantu jarum pentul, peniti, atau tali.
Melalui para peserta, kain sarung tampaknya mampu berubah fungsi menjadi berbagai item busana, seperti sarung kabayan, rok mini, rok panjang, sackdress, kardigan, dan lain-lain. Motif-motif yang cantik dari sarung Tasmatas (produsen sarung dari Gresik, Jawa Timur) membuat desain busana sarung yang beragam itu menjadi semakin unik.
Setelah busana dari sarung tersebut tuntas dibuat, para peserta diminta untuk memeragakannya di catwalk mini. Para pemenang kompetisi mengutak-atik sarung ini dipilih berdasarkan beberapa kriteria seperti kreativitas, kerapian, dan daya tarik sarung. Kompetisi ini dimenangkan oleh Shien-Shien (juara I), Paul Pieter (juara II), dan Dewi Syifa (juara III).
Editor :
Dini