KOMPAS.com- Sebuah riset besar untuk menemukan obat tuberkulosis (TB) baru yang lebih ampuh akhirnya gagal, menandai langkah mundur bagi upaya penanganan penyakit yang membunuh jutaan orang di dunia tiap tahun ini.
Penelitian ini adalah yang terbesar yang pernah dilakukan untuk menemukan pengobatan terbaru tuberkulosis sejak vaksin Bacillus Calmette-Guerin (BCG) ditemukan tahun 1921.
Meski dianggap manjur, belakangan diketahui BCG hanya efektif terhadap bakteri penyebab TB, tidak ampuh mengatasi pasien yang sudah terinfeksi. Maka sejumlah lembaga bersatu untuk mengupayakan riset besar ini dengan tujuan menemukan vaksin baru yang lebih baik.
Varian vaksin terakhir yang diteliti, dikenal dengan MVA85A, gagal melindungi bayi yang sudah disuntik vaksin BCG. Dalam percobaan yang melibatkan 2.794 bayi sehat di Afrika usia dua hingga enam bulan, separuh diinjeksi MVA85A dan setengahnya lagi hanya mendapat plasebo (kapsul tanpa isi).
Kondisi kesehatan mereka dipantau sepanjang rata-rata dua tahun berikutnya.
Dalam laporan yang dimuat di jurnal kesehatan the Lancet, ternyata muncul 32 kasus penularan TB pada bayi yang sudah mendapat vaksin sementara dari kelompok yang mendapat plasebo muncul 39 kasus TB.
Artinya keampuhan vaksin yang diujicoba hanya setinggi 17 persen, yang dianggap sangat tidak signifikan.
'Mengecewakan'
Vaksin varian baru ini sedianya dirancang agar mendongkrak sistem kekebalan tubuh yang sudah dimatangkan oleh injeksi vaksin BCG sebelumnya. vaksin MVA85A juga sudah diujicobakan pada manusia selama lebih dari 10 tahun terakhir dan dianggap cukup aman serta berhasil membantu menciptakan kadar imunitas lebih baik pada manusia dewasa.
Prof Helen McShane, dari Universitas Oxford yang menemukan vaksin ini mengatakan: "[Vaksin ini] mendorong respon kekebalan terhadapTB pada bayi, tapi tingkatnya jauh lebih rendah dibanding yang sudah nampak pada orang dewasa, sehingga tak cukup untuk melindungi dari ancaman gangguan penyakit ini."
Sementara menurut pejabat terkait di Badan Kesehatan Dunia (WHO), Christopher Dye, serta Paul Fine, dari London School of Hygiene and Tropical Medicine, hasil yang mengecewakan ini "bukan kata akhir untuk vaksi MVA85A, atau terhadap vaksin apa pun untuk tuberkulosis yang tengah dikembangkan".
"Justru sekarang adalah saat kunci untuk (melanjutkan) riset vaksi TB."
"Berkaca pada sejarah riset vaksin tuberkulosis, memang kita harus siap terkejut. Kita harus terus mau memainkan pertaruhan tingkat tinggi."
Menurut WHO TB merupakan ancaman kesehatan global dengan perkiraan kasus mencapai 8,7 dewasa ini, dan menimbulkan kematian 1,4 juta jiwa per tahun. TB juga jadi penyebab kematian utama terhadap penderita HIV di Afrika Selatan.
Bukan kata akhir untuk vaksi MVA85A, atau terhadap vaksin apa pun untuk tuberkulosis yang tengah dikembangkan. Justru sekarang adalah saat kunci untuk (melanjutkan) riset vaksi TB
-- WHO