Kompas.com - Tanaman tomat yang ditanam dengan cara organik ternyata mengandung vitamin C lebih tinggi dibandingkan varietas lain yang ditanam konvensional.
Dalam penelitian di Brazil disebutkan tomat organik memang lebih kecil, tetapi kadar vitamin C-nya dan phenol-nya lebih tinggi. Phenol adalah zat yang bertindak sebagai antioksidan.
Hasil penelitian tersebut kontradiktif dengan studi yang dimuat dalam jurnal Annals of Internal Medicines yang menyebutkan tidak ada perbedaan kadar vitamin antara makanan organik dengan makanan konvensional. Kesimpulan itu berdasarkan studi yang menganalisa 200 penelitian.
Namun pada tahun 2011 sebuah penelitian menyimpulkan bahwa tanaman organik memang memiliki kadar vitamin C dan phenols yang tinggi, tetapi kadar proteinnya lebih rendah.
Tim peneliti juga belum menemukan bukti bahwa perbedaan nutrisi dalam produk organik dan nonorganik bisa diterjemahkan sebagai manfaat kesehatan lebih tinggi.
Para konsumen sendiri memilih produk organik karena berbagai alasan, tidak cuma kandungan nutrisi. Alasan kadar pestisida lebih rendah serta ramah lingkungan banyak menjadi pertimbangan.
Tim peneliti dari Brazil menyebutkan tanaman organik mengandung kadar nutrisi lebih tinggi karena tanaman itu ditumbuhkan dalam kondisi "penuh tekanan". Tanaman merespon tekanan tersebut untuk meningkatkan produksi kandungannya, termasuk phenols.
Salah satu contoh "sumber stres" tanaman organik adalah penggunaan pupuk. Tanaman organik harus ditumbuhkan menggunakan pupuk organik sehingga pengeluaran nitrogen lebih lambat dibanding pupuk kimia. Padahal tanaman membutuhkan nitrogen sehingga tanaman menjadi stres.
Harry Klee, profesor di bidang ilmu holtikultura mengatakan tanaman tomat dalam penelitian itu mungkin mengandung nutrisi lebih tinggi karena ukurannya kecil.