Kompas.com - Upaya pencegahan penyakit bukan saja menghemat biaya kesehatan, tapi juga menghindari penularan penyakit yang lebih luas. Dokter umum merupakan kelompok strategis untuk melakukan kampanye promotif dan preventif kepada masyarakat.
Hal tersebut ditegaskan Dr.Dyah Agustina Waluyo, anggota presidium Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI) dalam acara jumpa pers simposium ilmiah Musyawarah Kerja Nasional dan Pertemuan Ilmiah PDUI bekerja sama dengan PT.Unilever Indonesia di Jakarta (28/3/13).
Saat ini Indonesia memiliki sekitar 80.000 dokter umum. Angka tersebut menurut Dyah sudah mendekati ideal namun penyebarannya memang belum merata.
"Dengan diberlakukannya sistem jaminan sosial nasional tahun depan, peran dokter sebagai penyedia layanan primer sangat besar. Karenanya kompetensi dokter harus ditingkatkan, termasuk dalam hal soft skill berupa kemampuan berkomunikasi dengan pasien," katanya.
Ia menambahkan, dokter berkewajiban memberikan konseling serta arahan untuk mengubah perilaku pasien menjadi lebih sehat. "Pengobatan tidak melulu dengan terapi obat tapi juga mengedukasi gaya hidup sehat," imbuhnya.
Prof.Umar Fahmi Achmadi, dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, menjelaskan, sampai saat ini dokter masih menjadi sumber informasi kesehatan yang paling kuat di masyarakat. "Kata-kata dokter seperti resep obat yang harus diikuti," katanya.
Karena itu menurut Umar dokter umum seharusnya menjadi lini terdepan dalam upaya pencegahan penyakit. Upaya pencegahan penyakit bisa dilakukan melalui banyak hal, mulai dari imunisasi, perbaikan lingkungan hidup, konsumsi makanan sehat, hingga menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
Pelaksaan perilaku hidup bersih dan sehat, antara lain dengan mencuci tangan dengan sabun pada saat-saat penting, telah terbukti mencegah penyebaran penyakit infeksi. Hasil riset menunjukkan, cuci tangan pakai sabun bisa mengurangi kejadian diare sampai 50 persen dan kejadian infeksi saluran pernapasan atas sampai 45 persen.